WONOSOBO, JAKARTAMU.COM | Sebanyak 30.000 anggota Aisyiyah Muhammadiyah di wilayah eks Karesidenan Kedu membanjiri Alun-Alun Wonosobo, Jawa Tengah, dalam gelaran akbar Wisata Dakwah 2025, Minggu (27/4/2025). Setelah tertunda akibat pandemi Covid-19, acara rutin enam tahunan ini kembali digelar dengan tema Memperkuat Dakwah Perempuan Berkemajuan Menuju Indonesia Berkeadilan sekaligus memperkuat sinergi dakwah dan pengembangan potensi wisata lokal.
Sejak pagi, gelombang peserta yang berasal dari Kabupaten Wonosobo, Magelang, Temanggung, Purworejo, Kebumen, hingga Kota Magelang terlihat memenuhi jantung kota Wonosobo. Berdasarkan data panitia, lebih dari 30 ribu peserta hadir dengan dukungan sekitar 800 kendaraan mulai dari bus besar hingga kendaraan pribadi.
Kemeriahan acara semakin terasa ketika peserta berkumpul untuk mengikuti agenda silaturahmi akbar yang dikemas dalam kegiatan Wisata Dakwah 2025. Selain sebagai ajang ukhuwah, kegiatan ini juga menjadi sarana mengenalkan potensi wisata daerah kepada masyarakat luas.
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Wonosobo, Herawati Aliyah, menekankan bahwa tema yang diangkat kali ini mengandung makna mendalam dalam mendorong gerakan perempuan berkemajuan.
“Kami berharap tema ini memacu gerakan dinamis Aisyiyah dalam mewujudkan keadilan di Indonesia. Setelah tertunda karena pandemi, alhamdulillah tahun ini Wonosobo dipercaya kembali sebagai tuan rumah,” ujar Herawati.
Menurutnya, acara ini terakhir digelar pada 2017. Seharusnya berlangsung kembali pada 2022, namun pandemi Covid-19 membuat agenda harus ditunda hingga tahun ini.
“Ajang ini menjadi momentum ukhuwah kader dan anggota Muhammadiyah se-Kedu sekaligus bentuk kontribusi nyata dalam pembangunan daerah,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Wisata Dakwah, Dyah Kusuma Rini, menjelaskan bahwa kegiatan tidak hanya berpusat pada pengajian akbar, tetapi juga diisi dengan pameran UMKM serta kunjungan ke destinasi wisata lokal seperti Dieng, Tambi, Kalianget, dan sejumlah curug di Wonosobo.
“Kami ingin peserta mengenal lebih jauh potensi wisata Wonosobo. Untuk destinasi curug seperti Sikarim, kami sarankan menggunakan pemandu lokal karena medannya cukup menantang,” ungkap Dyah.
Untuk memastikan kelancaran acara, panitia berkoordinasi dengan berbagai pihak seperti Polres, Satpol PP, Kodim, hingga Dinas Perhubungan. Pengaturan ketat diterapkan, termasuk zonasi pedagang kaki lima (PKL) agar tidak mengganggu jalannya acara utama di Alun-Alun. Sebanyak 80 stan UMKM resmi disediakan, namun antusiasme pelaku usaha lokal membludak, menunjukkan tingginya semangat untuk mempromosikan produk unggulan daerah.
“Kami ingin semua pihak merasakan manfaat: peserta, PKL, maupun pelaku UMKM. Melalui acara ini, kuliner dan produk lokal Wonosobo diharapkan makin dikenal luas,” tambah Herawati.
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, yang turut hadir dalam acara tersebut menyambut baik terselenggaranya Wisata Dakwah ‘Aisyiyah. Ia menyebut kegiatan ini selaras dengan program pemerintah daerah dalam menggenjot sektor pariwisata sekaligus memperkuat sinergi antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.
“Acara ini membawa angin segar bagi pariwisata Wonosobo. Selain menguatkan ukhuwah, kegiatan ini juga mengenalkan potensi wisata yang akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat,” jelas Afif.
Afif juga mengapresiasi kontribusi ‘Aisyiyah yang selama ini konsisten bersinergi dengan pemerintah daerah, terutama dalam menekan angka kemiskinan, menurunkan stunting, serta pencegahan pernikahan dini.
“Kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada ‘Aisyiyah yang terus berkolaborasi dalam menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat. Semoga manfaat dari kegiatan ini dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Wonosobo,” tuturnya.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, peserta diarahkan mengunjungi sejumlah destinasi wisata unggulan Wonosobo setelah acara utama selesai. Konsep wisata dakwah yang memadukan penguatan spiritual dan pengenalan potensi daerah ini diharapkan mampu memberikan dampak ganda—memperkuat ukhuwah sekaligus mendongkrak sektor pariwisata lokal.