JAKARTAMU.COM | Abdullah Ghaleb al-Barghouthi lahir di Kuwait pada tahun 1972. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh kunci dalam perlawanan Palestina, khususnya sebagai komandan Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas di Tepi Barat.
Perjalanannya sebagai seorang insinyur, pejuang, dan penulis menjadikannya sosok yang disegani di kalangan pendukung perjuangan Palestina.
Perjalanan Hidup dan Pendidikan
Di usia muda, Al-Barghouthi bekerja sebagai montir dan sempat terlilit utang sebesar $5.000 pada usia 18 tahun. Namun, tekadnya untuk maju membawanya ke Korea Selatan, tempat ia belajar teknik elektronik dan menguasai bahasa Korea.
Tak hanya itu, ia juga mempelajari lima bahasa lainnya serta mendalami seni bela diri judo dan karate.
Setelah kembali ke Tepi Barat pada tahun 1999, ia bergabung dengan Hamas dan mulai mengembangkan keahlian dalam merancang berbagai jenis bom. Keahlian ini digunakan dalam berbagai operasi yang ditujukan terhadap sasaran Israel.
Selama Intifada Kedua, ia merancang dan melaksanakan beberapa serangan besar yang menewaskan 66 warga Israel dan melukai sekitar 500 lainnya, termasuk dalam insiden pemboman restoran Sbarro dan Universitas Ibrani.
Penangkapan dan Hukuman Terpanjang
Pada Maret 2003, pasukan keamanan Israel, Shin Bet, menangkapnya dan menjatuhkan hukuman 67 kali penjara seumur hidup ditambah 5.200 tahun penjara.
Hukuman ini menjadikannya salah satu individu dengan vonis terpanjang dalam sejarah. Ia dipenjara di sel isolasi di Penjara Gilboa, dekat Beit She’an, tanpa kunjungan keluarga.
Namun, meski dalam tahanan ketat, ia berhasil menelepon stasiun radio lokal di Gaza, menyebabkan kepanikan di antara otoritas keamanan Israel, yang kemudian melakukan penyelidikan mendalam tentang bagaimana ia dapat melakukan panggilan tersebut dari dalam penjara.
Karya-Karya dalam Penjara
Di dalam penjara, Abdullah Al-Barghouthi terus berkarya dengan menulis berbagai buku, di antaranya:
- Amir al-Zhil (Pangeran Bayangan)
- Al-Majda
- Palestina: Para Pecinta dan Pecinta
- Al-Maqdisi wa Shaya Hayin al-Haykal al-Maz‘um (Al-Maqdis dan Iblis Haikal Palsu)
- Al-Miqsalah (Tali Gantung)
- Muhandis ‘ala al-Tariq (Mesin di Jalan Perjuangan)
Buku-bukunya mencerminkan pemikirannya serta perjuangan Palestina dalam menghadapi penjajahan.
Sosok yang Terus Dikenang
Abdullah Al-Barghouthi tetap menjadi simbol perlawanan Palestina, dengan kisahnya yang terus tersebar luas di berbagai media. Bagi para pendukung perjuangan Palestina, ia adalah seorang pejuang yang gigih, seorang insinyur yang cerdas, serta seorang penulis yang tak henti-hentinya menyuarakan pembebasan tanah airnya.
Setidaknya, yang bisa dilakukan oleh mereka yang ingin mengenang perjuangannya adalah dengan menyebarkan kisahnya dan terus mendoakan kebebasannya. (Dwi Taufan Hidayat)