Dalam beberapa tahun, ia telah membantu menempatkan NOI di sosial politik AS. Organisasi ini membuka tempat-tempat ibadah di seluruh negeri dan menarik ribuan orang untuk bergabung dalam barisan mereka.
Baca juga: Pemimpin Islam Tuntut Diakhirinya Agresi Israel
Setelah 12 tahun mengabdi sebagai salah satu tokoh paling terkemuka di NOI, Malcolm X meninggalkan AS untuk berhaji pada tahun 1964. Di sana pandangan radikalnya yang dipangaruhi Elijjah Muhammad mendapatkan luluh.
Pengalamannya selama di Mekkah pada April 1964 itu mengubah pandangan tentang agama, politik, dan sosialnya. Pandangannya Malcolm X tentang pemberdayaan kaum kulit hitam berubah menjadi kritik yang lebih luas terhadap imperialisme dan kapitalisme Amerika.
Pada 21 Februari 1965, Malcom X ditembak tiga pria yang menembaki saat berpidato di Audobon Ballroom di New York City. Dia meninggal pada usia 39 tahun. Ketiga pelaku dijatuhi hukuman atas pembunuhan tersebut, yaitu Talmadge Hayer, Muhammad Aziz dan Khalil Islam.
Talmadge Hayer mengakui kejahatannya pada tahun 1966 dan dibebaskan bersyarat pada tahun 2010. Sementara Muhammad Aziz dan Khalil Islam sama-sama tidak mengakui tuduhan pembunuhan tersebut. Pertengahan 1980-an, Aziz dan Islam dibebaskan dari penjara. Islam meninggal pada 2009 lalu.
Pada November 2021, tepat dua tahun lalu, Mahkamah Agung New York sepenuhnya membersihkan nama ketiga orang tersebutdengan mengatakan bahwa hukuman yang mereka terima merupakan “kegagalan keadilan”.
Seorang hakim di Manhattan tahun itu membatalkan hukuman terhadap Aziz dan Islam setelah jaksa mengatakan ada bukti baru mengenai intimidasi saksi.
Pada 2022, Kota New York setuju untuk membayar USD26 juta kepada keduanya. Negara bagian New York juga setuju membayar tambahan USD10 juta atas tuntutan hukum yang diajukan ahli waris kedua Aziz dan Islam.