KUPANG, JAKARTAMU.COM | Indonesia menempati urutan kedua setelah India dalam hal jumlah perguruan tinggi. Negeri ini memiliki 3.277 perguruan tinggi sedangkan India dengan 5.349. Sayangnya, persentase penduduk Indonesia yang sarjana tidak sampai 12 persen pada 2023.
Data itu didedahkan oleh Sekretaris Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Muttaqin dalam Wisuda Sarjana ke XXXIII Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), pada Selasa (22/10).
Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyumbang 164 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA). Dari jumlah PTMA itu terdapat 2.315 program studi, sebagai komitmen Muhammadiyah mencetak lebih banyak sarjana.
Dari seluruh jaringan PTMA itu diisi oleh 618 ribu mahasiswa, atau lebih dari setengah juta mahasiswa di Indonesia adalah mahasiswa Muhammadiyah. Baik yang sedang kuliah atau alumni PTMA, kata Muttaqin, merupakan satu jaringan.
“Kalian yang diwisuda adalah termasuk kelompok kecil, kelompok elit masyarakat Indonesia,” katanya.
Selain itu, kondisi yang terjadi di perguruan tinggi Indonesia adalah rendahnya angka IPK. Di mana angka IPK rata-rata tertinggi nasional adalah 3.38, kebanyakan mahasiswa dengan rata-rata IPK tinggi berasal dari prodi keagamaan.
Indonesia sebagai negara besar, dengan penduduk yang melimpah sampai saat ini masih menjadi negara konsumen. Selain itu, melimpahnya jumlah penduduk Indonesia juga rentan sebab mudah sekali diadu domba.
“Rakyat kita masih sering dan mudah diadu domba, ada perbedaan pendapat sedikit saja konflik,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Ahmad Muttaqin berharap lulusan PTMA menjadi bagian dari solusi dari masalah yang dihadapi oleh Indonesia. Kepada peserta wisuda, Muttaqin berpesan jika dulu ketika kuliah menjadi bagian masalah, maka setelah sarjana menjadi bagian solusi masalah.
“Makna perpindahan kucir (toga) dari kiri ke kanan itu adalah simbolisasi bahwa anda harus move on. Anda harus merubah pola pikir. Saatnya Anda tampil di masyarakat menjadi problem solver,” pesannya. (sumber)