Sabtu, Maret 22, 2025
No menu items!
spot_img

AI Adalah Kekuatan Baru

Perlombaan global ini tidak hanya berkembang menjadi persaingan ekonomi, tetapi juga perebutan geopolitik berisiko tinggi di antara negara-negara adikuasa terkemuka di dunia.

spot_img
Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id. dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah FORUM KEADILAN.

Oleh: Dr. Javaid Laghari | Mantan senator dan mantan ketua HEC

PERLOMBAAN global ini telah berkembang menjadi bukan hanya persaingan ekonomi tetapi juga perebutan geopolitik berisiko tinggi di antara negara-negara adikuasa terkemuka di dunia. Keyakinan yang berlaku adalah bahwa siapa pun yang mengendalikan AI akan mendominasi dunia.

Di sisi lain, banyak ahli percaya bahwa selain pertumbuhan ekonomi, perlombaan AI pada akhirnya akan membawa umat manusia menuju pengangguran massal, konflik global — dan bahkan kepunahan.

“Diperkirakan bahwa dalam 2-6 tahun, AGI dapat menggantikan seluruh segmen tenaga kerja dengan probabilitas 50 persen.”

Di luar lanskap AI saat ini, negara-negara dan perusahaan berlomba-lomba menciptakan AI generasi berikutnya — Kecerdasan Umum Buatan (AGI), yang juga dikenal sebagai AI Agentik.

AGI dibayangkan sebagai ‘manusia super virtual’ dengan kemampuan kognitif yang tak tertandingi. Dalam setahun, para ahli memperkirakan AGI akan mampu melakukan tugas apa pun yang dapat dilakukan manusia di komputer — tetapi dengan efisiensi, akurasi, dan kecepatan yang lebih tinggi. Diperkirakan bahwa dalam 2-6 tahun, AGI dapat menggantikan seluruh segmen tenaga kerja dengan probabilitas 50 persen.

Revolusi Industri membuat tenaga kerja fisik manusia menjadi usang. Kini, berkat AI, kecerdasan manusia sendiri berisiko menjadi tidak relevan lagi. Pergeseran ini sangat mengkhawatirkan karena AI dikembangkan tanpa regulasi global, karena penerapan regulasi apa pun ditolak oleh AS dan Inggris pada KTT AI di Paris awal tahun ini.

Artificial Superintelligence (ASI)

Tahapan berikutnya dari evolusi AI — Kecerdasan Super Buatan (ASI) — menjanjikan akan menjadi disruptor yang lebih mendalam.

ASI diproyeksikan akan melampaui keahlian gabungan dari para profesional top dunia — CEO, ilmuwan, insinyur, dokter, dan peneliti — sekaligus beroperasi dengan memori yang sempurna, motivasi yang tak terbatas, berbicara dalam berbagai bahasa, dan tersedia dengan biaya yang sangat rendah.

Di luar kepentingan finansial dunia korporat, negara-negara adikuasa kini sangat yakin bahwa kecerdasan sama dengan kekuatan, dan karenanya memandang AGI sebagai aset militer yang tengah mereka upayakan untuk dikembangkan dan dikendalikan.

Mereka secara agresif mengejar kemampuan militer yang digerakkan oleh AI, termasuk pesawat nirawak yang dikendalikan AI dan persenjataan otonom. Ahli strategi militer memperkirakan bahwa konflik di masa depan akan ditentukan oleh supremasi AI.

Namun, sifat dasar ASI membuatnya tidak terkendali, dan jika berkembang di luar pengawasan manusia, akan menyebabkan konsekuensi yang tidak terduga.

ASI tidak hanya akan melakukan tugas intelektual di luar kemampuan manusia tetapi juga akan terus meningkatkan dirinya sendiri, mengembangkan strategi dan teknologi yang jauh melampaui pemahaman manusia. Berinteraksi dengan ASI seperti berinteraksi dengan peradaban yang jauh lebih maju.

Begitu ASI melampaui kecerdasan manusia, ia dapat memulai kemampuan yang tak terkendali — berkembang dengan kecepatan yang tak terkendali dan dapat, seperti entitas canggih lainnya, mencari kekuatan untuk dirinya sendiri.

Dalam hal ini, kendali manusia atas AI akan menjadi usang, yang berpotensi mengarah pada kecerdasan yang diarahkan sendiri yang membentuk kembali dunia dengan caranya sendiri. Bayangkan The Terminator, Avengers, dan Eagle Eye semuanya digabung menjadi satu.

Implikasi jangka panjang dari ASI bisa jadi bencana

Tingkat investasi dalam AI saat ini jauh melampaui Program Apollo, yang berhasil mendaratkan manusia di Bulan. Raksasa teknologi menggelontorkan miliaran dolar untuk penelitian AI, mempekerjakan beberapa pemikir paling cemerlang di dunia dengan gaji yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan komputasi kuantum yang sudah di depan mata, kemajuan AI merupakan keniscayaan.

Implikasi jangka panjang dari ASI bisa jadi bencana. Para ahli telah memperingatkan bahwa dorongan sepihak AS untuk mendominasi ASI dapat memicu tindakan balasan dari Tiongkok, yang meningkat menjadi perlombaan senjata berisiko tinggi.

Upaya memonopoli pengembangan ASI dapat mencerminkan perlombaan senjata nuklir, di mana upaya satu negara untuk mendapatkan supremasi teknologi dapat memicu serangan pendahuluan atau konflik berskala besar. Dalam skenario terburuk, perkembangan tersebut dapat berujung pada perang global dan berakhirnya umat manusia. (GeoTV)

spot_img

Wamendikdasmen Kunjungi Sekolah Katolik, Pastikan Pendidikan Bermutu untuk Semua

SERANG, JAKARTAMU.COM | Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengunjungi Yayasan Pendidikan Mardi Yuana...

More Articles Like This