Rabu, April 16, 2025
No menu items!

Aktivis Tamansiswa: Penjurusan SMA Lebih Banyak Sisi Positif

Must Read

JAKARTAMU.COM | Rencana Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menghidupkan kembali sistem penjurusan di SMA mendapat dukungan aktivis dan praktisi pendidikan Tamansiswa Darmaningtyas. Sedianya, jurusan IPA, IPS, dan Bahasa kembali dibuka mulai tahun ajaran baru 2025/2026.

Darmaningtyas berpendapat bahwa kembalinya penjurusan di SMA merupakan kebijakan paling realistis. Hal ini menjadi solusi di tengah di tengah keterbatasan jumlah guru ASN serta regulasi guru harus mengajar minimal 24 jam seminggu guna memperoleh tunjang profesi guru. Selain itu, masalah keterbatasan prasarana dan sarana dan pertimbangan linieritas dalam melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan bekal landasan yang cukup.

”Sistem  penjurusan di SMA memiliki lebih banyak sisi positif dibandingkan dengan tanpa penjurusan,” kata Darmaningtyas, keterangan tertulis yang diterima Senin (14/2/2025).

Lalu apa saja sisi positif tersebut? Pertama, penjurusan sangat membantu membekali murid yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa lebih fokus dalam pembelajaran.  Mereka yang berkeinginan  melanjutkan ke jurusan teknik misalnya, akan memperkuat mata pelajaran fisika dan matematika. Begitu pula seterusnya untuk jurusan yang lain.

Kedua, siswa sejak awal bisa memilih program studi  sesuai dengan kemampuan dan bakat, sehingga belajarnya juga lebih fokus sesuai minatnya. Mereka yang akan melanjutkan kuliah di bidang sain dan teknologi tentu akan memilih jurusan IPA. Sedangkan mereka yang akan melanjutkan ke sastra, sejak awal akan memilih jurusan Bahasa. Pilihan-pilihan ini juga akan sangat membantu memilih fakultas yang akan dimasuki saat mendaftar di perguruan tinggi.

Ketiga, mempermudah tata kelola. Pihak sekolah jauh lebih mudah mengatur jadwal pembelajaran karena kebutuhan guru untuk masing-masing mata pelajaran dalam satu kelas sudah diketahui secara pasti, sehingga ketika jumlah gurunya tidak mencukupi, kekurangannya dapat diprediksi secara pasti. Pemerintah juga lebih mudah memprediksikan kebutuhan guru SMA untuk masing-masing mata pelajaran.

Keempat, penyediaan kebutuhan infrastruktur fisiknya juga dapat direncanakan lebih baik. Berapa kebutuhan ruang untuk masing masing jurusan, berapa kebutuhan ruang laboratorium untuk IPA, IPS, dan Bahasa, dapat dipastikan dari awal.

Darmaningtyas pun menilai  kembali ke penjurusan di SMA seperti masa lalu bukanlah suatu dosa, lagi pula masih dalam taraf uji coba. 

“Kembali ke penjurusan tidak dosa, karena kebetulan peminatan ini juga baru dalam taraf uji coba, dan ternyata hasil ujicobanya tidak rekomended untuk dilanjutkan karena adanya berbagai kendala di lapangan,” tegasnya.

Rencana kembalinya penjuruan di SMA dibocorkan Mendikdasmen Abdul Mu’ti dalam dalam diskusi bersama media di Jakarta, Jumat (11/4/2025). “Ini bocoran, jurusan akan kami hidupkan lagi,” kata Mu’ti.

Alasan utama di balik kebijakan ini adalah mengembalikan keterkaitan antara kemampuan akademik siswa dan pilihan program studi di perguruan tinggi. Selama ini, banyak kampus mengeluhkan mahasiswa baru tidak memiliki kesiapan akademik yang sesuai dengan jurusan kuliahnya.

“Ada mahasiswa dari latar belakang IPS diterima di kedokteran, padahal dasarnya tidak kuat. Ini bisa membuat mereka kesulitan selama kuliah,” ujarnya.

Menggali Potensi Wakaf Uang untuk Mewujudkan Keadilan Sosial

Oleh Achmad Fauzi | Anggota BWI DKI Jakarta, Anggota LPCRPM PP Muhammadiyah WAKAF merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak...
spot_img

More Articles Like This