BOJONEGORO, JAKARTAMU.COM | Klinik Rawat Inap Utama Muhammadiyah Kedungadem kian “berkilau” sejak resmi berdiri pada 1 September 2003. Hingga 2014, klinik yang terletak sekitar 35 km dari pusat Kota Bojonegoro masih bernama Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin (BPRB) hingga.
“Kami memulai dari yang sangat sederhana. Saat itu masih berupa BPRB (Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin). Tapi semangat untuk melayani umat di daerah Kedungadem ini tidak pernah surut,” ujar dr. Haryono, Pimpinan Klinik Rawat Inap Utama Muhammadiyah Gedungadem, pada Jumat (25/4/2025).
Klinik ini berada di bawah naungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kedungadem dan kini telah berstatus sebagai Klinik Rawat Inap Tipe Utama. Perubahan status ini dilakukan sejak tahun 2017 sebagai bagian dari strategi penguatan layanan kesehatan Muhammadiyah di daerah.
“Sejak tahun 2017 kami bertransformasi menjadi tipe utama. Sebagai konsekuensinya, klinik harus memiliki layanan spesialis. Inilah tantangan sekaligus peluang untuk berkembang,” tambahnya.
Langkah serius mulai diambil. Tahun 2017, klinik membentuk unit baru, yaitu Klinik Pratama Rawat Jalan Muhammadiyah Kedungadem, yang khusus menangani layanan rawat jalan, perawatan gigi, dan klinik kecantikan.

Data terkini menunjukkan bahwa jumlah tempat tidur yang tersedia kini mencapai 37 bed, dengan angka BOR (Bed Occupancy Rate) pada tahun 2024 mencapai 116 persen. Angka ini jauh melampaui standar ideal BOR, menunjukkan tingginya permintaan pelayanan dari masyarakat.
“BOR kami mencapai 116 persen. Ini artinya permintaan sangat tinggi. Bahkan terkadang kami harus merujuk karena keterbatasan kapasitas,” tutur dr. Haryono.
Pada tahun 2024, jumlah pasien rawat inap tercatat sebanyak 3.494 orang. Sementara itu, untuk pasien rawat jalan spesialis sebanyak 2.906 orang, dan pasien rawat jalan umum mencapai 1.468 orang. Angka-angka ini menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap layanan klinik.
Luas total lahan klinik mencapai 6.500 meter persegi, dengan luas bangunan 1.800 meter persegi. “Keterbatasan lahan bukan penghalang, tapi menjadi pemicu inovasi,” lanjutnya.
Bagi Haryono, kekuatan utama klinik ini bukan pada gedung atau alat, tetapi pada sumber daya manusia.
“Kami menyadari bahwa kekuatan kami adalah pada SDM. Maka sejak awal kami memilih berinvestasi pada pendidikan dan penguatan kapasitas kader,” ungkapnya.
Tahun 2019 menjadi tonggak penting ketika klinik memutuskan menyekolahkan seorang dokter muda yang telah bekerja selama lebih dari dua tahun untuk mengambil spesialisasi kandungan di Universitas Sebelas Maret.
“Seluruh biaya pendidikan dan biaya hidup ditanggung klinik. Alhamdulillah, tahun ini beliau lulus dan siap kembali mengabdi,” katanya dengan bangga.
Tidak berhenti di situ, pada tahun 2022, klinik menyekolahkan dua calon spesialis paru. Satu tahun berikutnya, tahun 2023, tenaga IT juga dikirim untuk studi lanjutan guna mendukung sistem digital klinik.
Dari tahun 2019 hingga 2024, total ada lima tenaga yang dikirim untuk spesialisasi di bidang kandungan, bedah, paru, serta pendidikan D3 Radiologi.
“Tahun depan kami berencana menyekolahkan dua kader lagi untuk menjadi spesialis penyakit dalam dan spesialis anak,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa beasiswa tersebut diberikan dengan satu syarat utama: pengabdian seumur hidup di Muhammadiyah.
“Kami percaya bahwa loyalitas tidak bisa dibeli, tapi bisa dibina lewat komitmen dan pelayanan yang tulus,” jelasnya.
Klinik ini mengusung visi yang sederhana namun mendalam: Melayani Sehangat Keluarga. Visi ini bukan sekadar slogan, tetapi diinternalisasi dalam semua lini pelayanan.
“Kami ingin setiap pasien merasa dilayani seperti keluarga sendiri. Itu yang membedakan kami dari yang lain,” ucap Haryono.
Karena konsistensi pelayanan itu, Klinik Muhammadiyah Gedungadem berhasil meraih dua penghargaan bergengsi.
Pada 2023–2024, klinik ini dinobatkan sebagai Klinik Terbaik Jawa Timur versi BPJS, serta meraih penghargaan Klinik Utama Terbaik dari MPKU PWM Jawa Timur tahun 2024.
“Penghargaan ini bukan tujuan, tapi penanda bahwa kami berada di jalan yang benar. Semoga makin memotivasi kami semua,” katanya.
Tak hanya itu, sebagai bentuk penghargaan terhadap loyalitas pegawai, manajemen klinik telah memberangkatkan umrah sepasang suami istri yang dinilai sangat berdedikasi dalam bekerja.
“Bekerja dengan hati, pasti akan terlihat hasilnya. Manajemen melihat dan menghargai itu,” tambahnya.
Di tengah geliat transformasi, Klinik Muhammadiyah Gedungadem juga telah melakukan digitalisasi dengan sistem Electronic Medical Record (ERM) yang telah mencapai 90 persen.
“Saat ini kami sudah hampir sepenuhnya paperless. ERM sangat membantu mempercepat pelayanan dan meningkatkan akurasi data,” ujarnya.
Kebanggaan lain datang dari internal klinik. Dua karyawannya kini menjadi surveyor akreditasi nasional dari Lembaga Akreditasi Puskesmas Klinik dan Laboratorium Indonesia (LAPKLIN).
“Ini bukti bahwa SDM kami tidak hanya berkualitas di internal, tapi juga diakui secara nasional,” katanya.
Dengan tingkat keterisian yang tinggi dan kapasitas SDM yang terus tumbuh, Klinik Muhammadiyah Gedungadem menargetkan status Rumah Sakit pada tahun 2026.
Proses menuju itu sudah mulai berjalan dengan rencana pembangunan ruang operasi, ICU, NICU, dan fasilitas penunjang lainnya.
“Kami menyiapkan roadmap bertahap: penguatan SDM, pengembangan sistem, dan penyempurnaan fasilitas. Tiga pilar ini menjadi strategi utama kami menuju rumah sakit,” pungkas Haryono.