JAKARTAMU.COM | Di sebuah desa kecil di Kebumen, Jawa Tengah, seorang pensiunan guru SD bernama Pak Sujadi membuktikan bahwa pensiun bukanlah akhir dari produktivitas. Setelah puluhan tahun mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan, ia kini menyalurkan kecintaannya pada dunia perikanan dengan cara yang tidak biasa. Dengan menggunakan jerigen bekas, ia berhasil membudidayakan kepiting bakau dalam sistem yang ia sebut “Apartemen Kepiting.”
Dari Ruang Kelas ke Kolam Budidaya
Pak Sujadi bukan orang asing dalam dunia perikanan. Sejak muda, ia sudah akrab dengan tambak dan kehidupan pesisir. Namun, keterbatasan lahan dan modal membuatnya harus mencari metode inovatif agar tetap bisa berkarya di masa pensiunnya. Ia pun bereksperimen dengan jerigen bekas sebagai media pemeliharaan kepiting. Alih-alih menggunakan tambak luas yang mahal dan sulit dirawat, ia menyusun jerigen-jerigen ini secara vertikal, membentuk semacam “apartemen” dengan sistem aliran air gravitasi untuk menjaga kebersihan habitat kepiting.
Inovasi yang Lahir dari Keterbatasan
Tak semua eksperimen berjalan mulus. Di awal budidayanya, tingkat kematian kepiting cukup tinggi. Namun, Pak Sujadi tak menyerah. Ia mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup kepiting, mulai dari sirkulasi air, kepadatan jerigen, hingga pakan yang optimal. Berkat ketekunannya, ia akhirnya menemukan pola yang tepat sehingga tingkat keberhasilan budidayanya meningkat drastis.
Apartemen kepiting buatannya bukan sekadar solusi hemat biaya, tetapi juga menjawab permasalahan keterbatasan lahan yang sering dihadapi pembudidaya kecil. Dengan efisiensi ruang yang tinggi dan perawatan yang lebih mudah, metode ini memungkinkan siapa saja untuk mencoba usaha budidaya kepiting tanpa harus memiliki tambak besar.
Dari Usaha Kecil ke Pasar Besar
Yang menarik, meskipun sederhana, permintaan terhadap kepiting hasil budidayanya justru melonjak tinggi. Restoran seafood di kota-kota besar bahkan sering memesan jauh sebelum kepiting siap panen. Kualitas kepiting yang sehat dan ukurannya yang konsisten membuat produknya diminati pasar.
Pak Sujadi pun tidak pelit berbagi ilmu. Ia membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin belajar metode budidayanya secara gratis. Baginya, keberhasilan tidak hanya diukur dari keuntungan pribadi, tetapi juga dari manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar. Ia berharap semakin banyak orang, terutama para pensiunan seperti dirinya, yang bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari budidaya kepiting dengan cara yang inovatif.
Harapan untuk Masa Depan
Meskipun sudah membuktikan keberhasilannya, Pak Sujadi tetap berharap adanya dukungan dari pemerintah. Baginya, jika metode apartemen kepiting ini mendapatkan perhatian lebih, bukan tidak mungkin bisa menjadi solusi ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Ia percaya bahwa dengan sedikit bantuan dan edukasi, banyak orang bisa mengikuti jejaknya dalam mengembangkan usaha budidaya yang mudah, murah, namun tetap menguntungkan.
Kini, Pak Sujadi tidak hanya menikmati masa pensiunnya dengan tenang, tetapi juga merasa bangga karena dapat meninggalkan jejak inovasi bagi generasi selanjutnya. Dengan apartemen kepitingnya, ia telah membuktikan bahwa kreativitas dan semangat belajar tidak mengenal usia. Masa pensiun bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari kesempatan baru untuk terus berkarya dan bermanfaat bagi sesama.