Minggu, Januari 5, 2025
No menu items!

Atmakusumah Astraatmadja, Ketua Dewan Pers Pertama dari Praktisi Media Wafat

Must Read

JAKARTAMU.COM | Pers Indonesia kehilangan salah satu tokoh besarnya. Atmakusumah Astraatmadja, tokoh jurnalis senior itu meninggal pada Kamis, 2 Januari 2025. Lelaki kelahiran Labuan, Banten, 20 Oktober 1938 telah melanglang buana sebagai wartawan.

Dia dikenal sebagai wartawan Indonesia Raya pada era 1960-an dan seorang aktivis kebebasan pers. Atmakusumah adalah salah satu pelopor Undang-undang Pers Tahun 1999. Pada 2000 hingga 2003, ia menjabat sebagai ketua Dewan Pers.

Atmakusumah adalah ketua Dewan Pers pertama pasca reformasi yang berasal dari kalangan praktisi pers. Sejak dibentuk pada 1966, ketua Dewan Pers adalah Menteri Penerangan sebagai pejabat ex officio.

Sepanjang hidupnya, Atmakusumah yang pernah menjadi pengajar tetap di Lembaga Pers Doktor Sutomo (LPDS), dan menjadi jurnalis di Kantor Berita Antara, Pers Biro Indonesia, pernah memandu berita di Radio Australia, Radio Deutsche Welle Jerman, dan RRI.

Baca juga: Ajarkan Agama dengan Riang Gembira, Hanung Bramantyo Ajak Anak-Anak Umrah

Boyke Soekapdjo, mantan wartawan senior LKBN Antara, menuturkan, Atmakusumah bergabung dengan Antara pada 1961 sebagai pembantu lepas di Australia lalu Jerman. Sepulang dari rantau pada 1965, dia ingin langsung bergabung dengan Antara.

Namun ternyata hal itu tidak mudah karena sedang berkuasa kelompok komunis dan kiri dalam redaksi Antara. Mereka mencurigai Atmakusumah yang baru kembali dari Jerman, cenderung membela Barat.

Setelah tiga bulan menunggu, Atmakusumah akhirnya diterima. Dia mendapat tempat di berita dalam negeri untuk buletin berbahasa Inggris. ”Yang disebutnya Seksi Tak Pernah Salah karena hanya menerjemahkan berita dalam negeri yang telah dipilih redaktur Seksi Dalam Negeri untuk buletin berbahasa Indonesia,” tutur Boyke dalam pernyataan tertulis, dikutip Jumat (3/12/2025).

Masuknya Atmakusumah ke Antara tak lepas dari dukungan kekuatan agama di Antara, di antaranya dari wartawan kawakan Mahbub Djunaidi dan Mohammad Nahar, salah satu pemimpiin ANTARA dan mantan pemimpin redaksi Persbiro Indonesia.

Baca juga: Gerakan Islam Modernis di Era Penjajahan: Berikut Ini Tokoh-tokohnya

Sayangnya, kata Boyke, semua itu tetap membuat posisi Atmakusumah di Antara tidak menentu. Dia sempat putus asa sehingga berencana keluar. Namun pergolakan politik Gerakan 30 September membawa keberuntungan baginya. Dia mendapat tugas menangani Seksi Berita Nasional yang hampir kosong karena 10 dari 12 redakturnya ditangkap atau dipecat atas tuduhan komunis atau kiri.

Pada 1966-1968, Atmakusumah aktif dalam Serikat Sekerja Karyawan LKBN Antara sebagai wakil ketua. Setelahnya dia menjadi ketua setelah Alwi Alatas menjadi perwakilan Anatara di Kairo.

Di masa itulah, Atmakusumah merasakan situasi yang sangat berat karena diharuskan memberhentikan banyak karyawan, termasuk wartawan. Mereka adalah orang yang menjadi pegiat atau pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) atau dianggap kiri dan Soekarnois.

Tetapi dia sempat mengajukan protes. ”Atma mempersoalkan pemecatan dua wartawan Antara, yang membuat berita salah. Ia menilai pemecatan itu bersifat politik, tidak berkaitan dengan berita, yang dipersoalkan,” ujar Boyke.

Reposisi Zakat dan Kekuasaan Islam

Oleh: Irawan Santoso Shiddiq, Jurnalis Tinggal di Jakarta ASPEKP terbesar dari penegakan kembali rukun Zakat adalah Tauhid. Zakat, kini...

More Articles Like This