JAKARTAMU.COM | Rumah tangga adalah ladang ujian yang penuh dengan warna-warni kehidupan. Setiap pasangan yang membangun rumah tangga pasti akan menghadapi berbagai tantangan yang menguji keteguhan hati dan keimanan. Tidak ada pernikahan yang benar-benar sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Namun, setiap ujian yang datang bukanlah tanpa tujuan, melainkan bagian dari skenario ilahi untuk menguatkan dan membersihkan hati hamba-hamba-Nya.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
“Dan sungguh, Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn’ (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali).”
(QS. Al-Baqarah: 155-156)
Dalam perjalanan rumah tangga, ada yang diuji dengan pasangannya—perbedaan karakter, ego, atau kesalahpahaman yang kerap muncul. Ada yang diuji dengan mertua—perbedaan pandangan dan harapan yang bisa menimbulkan gesekan. Ada pula yang diuji dengan ekonomi—rezeki yang seret, pekerjaan yang sulit, dan tuntutan hidup yang semakin besar. Belum lagi ujian terkait anak-anak, kesehatan, dan banyak aspek lainnya.
Namun, setiap ujian yang menimpa rumah tangga bukanlah untuk menghancurkannya, melainkan untuk menguatkan fondasi cinta, kasih sayang, dan keimanan. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ عِظَمَ ٱلْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ ٱلْبَلَاءِ، وَإِنَّ ٱللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ٱبْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ ٱلرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ ٱلسُّخْطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa ridha, maka ia mendapatkan ridha Allah, dan barang siapa murka, maka ia mendapatkan kemurkaan Allah.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2396)
Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk melewati badai rumah tangga adalah dengan kesabaran dan prasangka baik kepada Allah. Jangan biarkan ujian menjadi sebab hancurnya rumah tangga, tetapi jadikanlah ia sebagai jalan menuju kedewasaan dan kedekatan dengan Allah.
Ketika kita bersabar dan tetap berpegang teguh kepada Allah, maka setelah badai akan datang pelangi. Setelah tangisan akan hadir senyuman. Setelah kesulitan akan ada kemudahan. Sebagaimana janji Allah dalam firman-Nya:
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu bersabar dalam menghadapi ujian rumah tangga, tetap berprasangka baik kepada Allah, dan pada akhirnya bisa menikmati keindahan pelangi setelah badai berlalu.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الصَّابِرِينَ وَالرَّاضِينَ بِقَضَائِكَ، وَبَارِكْ فِي زَوْجِيَّاتِنَا وَأُسَرِنَا، وَاجْعَلْهَا سَكِينَةً وَرَحْمَةً وَمَوَدَّةً
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang sabar dan ridha dengan ketetapan-Mu. Berkahilah rumah tangga kami, jadikanlah ia tempat ketenangan, kasih sayang, dan cinta yang abadi.” (Dwi Taufan Hidayat)