JAKARTAMU.COM | Baju koko adalah salah satu pakaian tradisional pria di Indonesia yang sering digunakan dalam berbagai kesempatan, terutama dalam kegiatan keagamaan dan acara formal. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa nama “baju koko” memiliki sejarah dan asal-usul yang menarik, berkaitan dengan pengaruh budaya Tionghoa di Nusantara.
Asal Usul Nama Baju Koko
Secara historis, baju koko berasal dari pakaian tradisional pria Tionghoa yang disebut “tui-khim” atau “baju tui-khim”. Pakaian ini memiliki ciri khas berupa kerah pendek (shanghai collar), kancing di bagian depan, serta potongan longgar yang nyaman digunakan.
Di Indonesia, pakaian ini mulai dikenakan oleh pria keturunan Tionghoa, khususnya di daerah pesisir yang memiliki komunitas Tionghoa yang kuat, seperti di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Dalam keseharian, anak laki-laki keturunan Tionghoa sering dipanggil dengan sebutan “koko,” yang dalam dialek Hokkian berarti “kakak laki-laki.” Karena pakaian ini umum dipakai oleh para “koko,” maka masyarakat pribumi lama-kelamaan menyebutnya sebagai “baju koko.”
Dari Pakaian Tionghoa ke Identitas Muslim di Indonesia
Seiring perkembangan zaman, baju koko mulai diadopsi oleh masyarakat Muslim di Indonesia, terutama karena bentuknya yang sopan dan longgar, sesuai dengan nilai-nilai berpakaian dalam Islam. Pengaruh ini semakin kuat ketika baju koko dipadukan dengan sarung atau celana panjang dalam berbagai acara keagamaan, seperti shalat Jumat, pengajian, atau Hari Raya Idul Fitri.
Salah satu momen di mana baju koko sering dikenakan adalah selama bulan Ramadan. Selama bulan suci ini, umat Islam di Indonesia lebih sering menghadiri shalat berjamaah, mengikuti kajian keagamaan, serta berbuka puasa bersama. Baju koko menjadi pilihan utama karena desainnya yang sederhana, nyaman, dan tetap mencerminkan kesan religius. Tak heran jika menjelang Ramadan, permintaan baju koko meningkat tajam di pasar, dengan berbagai model dan variasi warna yang semakin modern.
Baju Koko dalam Budaya Indonesia
Saat ini, baju koko tidak hanya digunakan dalam konteks keagamaan, tetapi juga telah menjadi pakaian nasional yang mencerminkan keberagaman budaya Indonesia. Modelnya yang sederhana, elegan, dan nyaman membuat baju koko cocok untuk berbagai acara formal maupun nonformal.
Dari asal-usulnya sebagai baju tradisional Tionghoa hingga menjadi bagian dari identitas Muslim Indonesia, baju koko adalah contoh nyata bagaimana budaya bisa saling beradaptasi dan memperkaya warisan Nusantara. Kehadirannya di bulan Ramadan semakin memperkuat citranya sebagai pakaian yang bukan sekadar busana, tetapi juga simbol spiritual dan tradisi yang terus berkembang. (Dwi Taufan Hidayat)