Senin, Maret 3, 2025
No menu items!

Bakti Anak kepada Orang Tua

Must Read

SALAH satu contoh kisah tentang bakti seorang anak kepada orang tua dalam sejarah Islam adalah seorang pemuda ashabul kahfi. Dia bermunajat kepada Allah dengan penuh ketulusan demi orang tua yang ditinggalkannya.

“Ya Allah, aku mempunyai dua orang tua yang sudah sepuh dan lanjut usia. Dan aku tidak pernah memberi minum susu (di malam hari) kepada siapa pun sebelum memberi minum kepada keduanya. Aku lebih mendahulukan mereka berdua daripada keluarga dan budakku (hartaku).

Kemudian pada suatu hari, aku mencari kayu di tempat yang jauh. Ketika aku pulang ternyata mereka berdua telah terlelap tidur. Aku pun memerah susu dan aku dapati mereka sudah tertidur pulas. Aku pun enggan memberikan minuman tersebut kepada keluarga atau pun budakku.

Seterusnya aku menunggu hingga mereka bangun dan ternyata mereka barulah bangun ketika subuh, dan gelas minuman itu masih terus di tanganku. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka meminum minuman tersebut.

Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar  mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.”

Begitulah doa sang pemuda ashabul kahfi yang bersembunyi di gua dari kejaran raja yang zalim. Ada beberapa kisah lain dalam sejarah, di antaranya Uwais al Qorni, pemuda yang menggendong ibunya pergi berhaji dengan berjalan kaki dari Yaman ke Makkah.

Mengenai bakti kepada orang tua, sejak bulan Syakban ke Ramadan, cukup ramai pembahasannya tetapi entah implementasinya. Bakti kepada orang tua di masa kini dimaknai sempit, sebatas mengunjungi kuburan orang tua yang sudah meninggal setahun sekali, sebelum ramadan atau setelah Idulfitri. Atau, pulang ke kampung berhari raya bersama yang juga setahun sekali.

Bakti Lebih dari Sekadar Kamar Mewah dan Perawat

Yang jarang dibahas apalagi dilakukan ialah mempertahankan kesalehan ibadah orang tua selama masih hidup sampai akhir hayat. Banyak orang tua merupakan orang-orang saleh. Mereka rajin salat berjemaah di masjid, rutin hadir mendengarkan kajian agama, itikaf penuh di bulan Ramadan. Tetapi ketika fisik mulai lemah sebagai lansia, mereka tidak sanggup lagi salat di masjid atau musala. Kondisi itu di perparah dengan anak-anaknya yang tidak peduli.

Mungkin saja, anak-anak mereka telah memberikan fasilitas yang layak. Kamar yang nyaman, perawat pribadi, dan pemeriksaan kesehatan rutin oleh dokter. Namun, berapa banyak dari mereka yang masih terus mendukung hak ibadah orang tua mereka? Berapa banyak yang berupaya agar mereka tetap bisa salat berjamaah di masjid, melaksanakan salat Jumat, atau merasakan kebahagiaan salat Id meskipun dengan kursi roda?

Sering kali, anak dan cucu enggan mengajak orang tua mereka yang sudah sepuh ke masjid dengan alasan fisik mereka yang lemah. Padahal, betapa bahagianya mereka jika tetap bisa mengikuti salat Id bersama keluarga meskipun hanya duduk di kursi roda

Momentum Ramadan seharusnya menjadi waktu untuk introspeksi diri. Bakti kepada orang tua tidak hanya sebatas dukungan finansial, tetapi juga harus mencakup pemenuhan hak ibadah mereka. Tidak hanya bagi anak dan cucu, pengurus masjid juga memiliki peran penting dalam hal ini.

Masjid perlu menjadi tempat yang ramah bagi lansia dan penyandang disabilitas. Sayangnya, banyak masjid yang dibangun dengan arsitektur megah, tetapi kurang memperhatikan akses bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Padahal, semua orang, termasuk lansia dan penyandang disabilitas, berhak mendapatkan fasilitas ibadah yang layak.

Mendikdasmen Luncurkan Sistem Penerimaan Murid Baru 2025-2026

JAKARTAMU.COM | Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti resmi meluncurkan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) sebagai pengganti Penerimaan...

More Articles Like This