Selasa, Maret 18, 2025
No menu items!
spot_img

Begundal van Karawang (4): Serangan di Pos Tambun

spot_img
Must Read

Cerbung: Dwi Taufan Hidayat

Malam menyelimuti Tambun dengan keheningan yang menyesakkan. Di kejauhan, lampu-lampu redup dari pos Belanda menerangi jalan setapak yang dijaga ketat oleh serdadu-serdadu bersenjata lengkap. Loekas Kustaryo dan pasukannya telah mengintai sejak sore, menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan serangan.

“Jumlah mereka sekitar tiga puluh orang. Tapi kita hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit untuk membuat mereka kalang kabut,” bisik Loekas kepada anak buahnya.

Seorang pejuang bernama Saman menyeringai. “Serangan kilat seperti biasa, Komandan?”

Loekas mengangguk. “Ledakkan gudang amunisi mereka dulu. Setelah itu, sergap pasukan penjaga.”

Tanpa suara, para pejuang bergerak. Beberapa di antara mereka merayap ke bagian belakang pos, tempat gudang amunisi berada. Sementara itu, Loekas dan beberapa orang lainnya mendekati barak utama, di mana pasukan Belanda tengah bersantai, sebagian mabuk setelah seharian bertugas.

Beberapa menit kemudian, isyarat diberikan. Satu letupan kecil terdengar di kejauhan. Kemudian—

BOOM!

Gudang amunisi meledak hebat, menciptakan bola api yang menerangi langit malam Tambun. Ledakan itu mengguncang pos Belanda, membuat para serdadu panik dan berhamburan keluar.

Saat itulah Loekas dan pasukannya bergerak cepat. Dengan senapan dan pisau belati, mereka menyerbu dari berbagai arah.

“DOR! DOR!”

Tembakan dilepaskan, membuat pasukan Belanda semakin kacau. Loekas bergerak gesit di antara bayang-bayang, menikam satu serdadu yang mencoba mengangkat senjatanya. Saman menembakkan peluru ke arah penjaga di menara, membuatnya terjatuh dengan suara keras.

Bentrokan singkat itu berlangsung hanya beberapa menit, tapi cukup untuk membuat pos Tambun lumpuh. Sebagian pasukan Belanda yang tersisa memilih kabur ke arah barat, meninggalkan rekan-rekannya yang sudah tewas atau terluka.

“Komandan, kita harus segera pergi sebelum pasukan dari Bekasi datang,” ujar Saman.

Loekas mengangguk. “Ambil senjata mereka. Kita tidak punya banyak waktu.”

Para pejuang segera mengumpulkan senjata dan amunisi dari pos yang hancur itu. Dengan sigap, mereka menghilang ke dalam kegelapan malam sebelum bala bantuan Belanda tiba.

Di belakang, api dari gudang amunisi masih berkobar, membakar simbol kekuasaan kolonial di tanah Karawang.

(Bersambung ke seri ke-5: “Belanda Murka, Hadiah untuk Kepala Loekas”)

spot_img

Konspirasi Yahudi: Kisah Alexander Hamilton dan Robert Morris Menguasai Ekonomi Amerika

JAKARTAMU.COM | Alexander Hamilton (11 Januari 1755 atau 1757 – 12 Juli 1804) adalah pendiri sistem keuangan Amerika Serikat...

More Articles Like This