Selasa, Maret 18, 2025
No menu items!
spot_img

Begundal van Karawang (5): Belanda Murka, Hadiah untuk Kepala Loekas

spot_img
Must Read

Cerbung: Dwi Taufan Hidayat

Langit pagi di Tambun masih diselimuti kepulan asap hitam dari sisa-sisa kehancuran pos Belanda. Serangan semalam telah membuat kolonial Belanda berang. Sejumlah besar tentara didatangkan dari Jakarta dan Bekasi untuk mengejar para pelaku.

Di markas besar Belanda di Batavia, seorang perwira tinggi NICA berkulit pucat menatap laporan yang baru saja tiba di mejanya.

“Loekas Kustaryo…” gumamnya pelan, sembari membaca detail laporan intelijen. “Lagi-lagi dia.”

Di sudut ruangan, seorang pria Belanda berbadan tegap, Mayor De Vries, melemparkan rokoknya ke lantai dan menginjaknya dengan kasar. “Tak bisa dibiarkan! Kita harus menghancurkan begundal kecil itu!”

Seorang perwira NICA lain menimpali dengan nada dingin, “Kami sudah mendapat informasi bahwa dia sering bersembunyi di daerah Karawang dan Bekasi. Banyak penduduk yang melindunginya.”

De Vries menggebrak meja. “Kalau begitu, kita buat mereka ketakutan! Siapkan pengumuman, siapa pun yang bisa memberi informasi keberadaan Loekas Kustaryo akan mendapat hadiah sepuluh ribu golden!”

Seorang juru tulis segera menuliskan pengumuman itu. Dalam hitungan jam, selebaran berisi iming-iming hadiah besar disebarluaskan di seluruh Karawang, Bekasi, hingga ke Batavia. Foto Loekas—meski hanya sketsa kasar—terpampang jelas di lembaran kertas itu, dengan satu pesan tegas:

“Menyerahkan Loekas hidup atau mati berarti keselamatan dan kekayaan!”

Sementara itu, di sebuah hutan kecil di perbatasan Karawang, Loekas dan pasukannya sedang beristirahat setelah perjalanan panjang. Seorang penghubung datang dengan napas tersengal-sengal.

“Komandan! Belanda telah mengeluarkan sayembara untuk kepala Anda!”

Loekas mengambil selebaran yang disodorkan kepadanya. Ia membaca dengan saksama, lalu tertawa pelan.

“Sepuluh ribu golden? Mereka benar-benar ingin menangkapku,” katanya santai.

Saman, yang duduk di dekatnya, menghela napas. “Komandan, ini berbahaya. Banyak orang yang mungkin tergoda oleh uang sebanyak itu.”

Loekas mengangguk. “Benar. Mulai sekarang, kita harus lebih berhati-hati. Jangan percaya siapa pun di luar lingkaran kita.”

Di tempat lain, di sebuah kedai tua di Bekasi, seorang lelaki bertubuh kurus membaca selebaran itu dengan mata berbinar. Ia menyesap tuaknya dan berbisik pada temannya, “Sepuluh ribu golden… cukup untuk hidup nyaman di Batavia. Kita hanya perlu menemukan di mana si begundal itu bersembunyi.”

Loekas kini tak hanya diburu tentara Belanda, tetapi juga oleh para pemburu hadiah yang mengintai di setiap sudut wilayahnya.

(Bersambung ke seri ke-6: “Jejak Pengkhianat di Tengah Perjuangan”)

spot_img

Ramadan Berdarah di Gaza: Serangan di Kamp Al-Mawasi dan Derita Pengungsi

JAKARTAMU.COM | Kamp pengungsian Al-Mawasi di Khan Younis, Gaza, baru-baru ini mengalami serangan udara yang menghancurkan tenda-tenda pengungsi, menyebabkan...

More Articles Like This