Jumat, April 25, 2025
No menu items!

Belajar Ikhlas dari Amalan Ramadhan

Must Read

JAKARTAMU.COM | Ramadhan adalah madrasah keikhlasan. Setiap ibadah yang dianjurkan di bulan suci ini mengajarkan kita untuk beramal dengan penuh ketulusan, hanya mengharap ridha Allah, tanpa mengharapkan pujian atau balasan dari manusia.

Salah satu bukti utama keikhlasan dalam ibadah Ramadhan adalah puasa. Puasa merupakan ibadah yang hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah. Tidak ada yang bisa memastikan apakah seseorang benar-benar berpuasa kecuali dirinya dan Allah. Inilah mengapa Allah menjanjikan pahala yang begitu besar bagi orang yang menjalankannya dengan iman dan ihtisab (mengharap pahala).

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari, no. 38; Muslim, no. 760, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Selain puasa, ibadah lain yang mengajarkan keikhlasan adalah shalat malam (tarawih). Tidak semua orang bersemangat melaksanakannya, apalagi di akhir malam. Namun, bagi mereka yang menghidupkan Ramadhan dengan shalat malam, Allah menjanjikan ampunan dosa.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari, no. 37; Muslim, no. 759, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Puncak dari pelajaran keikhlasan dalam Ramadhan adalah ketika seseorang menghidupkan malam Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik dari seribu bulan ini adalah rahasia Allah, dan hanya mereka yang benar-benar tulus dan mengharap ridha-Nya yang akan mendapatkan kemuliaannya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no. 1901, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Dalam ketiga hadits ini, Rasulullah ﷺ selalu menekankan dua syarat utama agar ibadah diterima dan mendapatkan ampunan dosa, yaitu iman dan ihtisab. Iman berarti keyakinan penuh kepada Allah dan hari akhir, sedangkan ihtisab berarti melakukan amal hanya karena Allah, tanpa mengharapkan imbalan duniawi atau pujian manusia.

Inilah esensi ikhlas. Ikhlas adalah melakukan sesuatu hanya karena Allah, bukan karena ingin dilihat baik oleh orang lain, bukan karena mencari pujian, bukan karena ingin dikenal sebagai orang yang saleh. Keikhlasan inilah yang akan menjadi cahaya dalam hidup kita dan membuat setiap amal diterima di sisi-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya karena mengharap wajah Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih darimu.”
(QS. Al-Insan: 9)

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari amalan Ramadhan untuk terus menumbuhkan keikhlasan dalam setiap ibadah dan aktivitas kita. Aamiin. (Dwi Taufan Hidayat)

Marine Digital Summit 2025 IKA ITS, Mendorong Otomatisasi Memacu Pertumbuhan

JAKARTAMU.COM | Upaya mendorong digitalisasi sektor kemaritiman nasional mendapat dorongan baru dalam Marine Digital Summit 2025 di Thamrin Nine...
spot_img

More Articles Like This