Redaksi JakartaMu.com | Hanya 4 buah kapal Belanda yang datang ke Nusantara tahun 1595. Tetapi karena adanya pengkhianat-pengkhianat bangsa, Belanda menguasai hampir seluruh Nusantara. Jayakarta adalah daerah jajahan pertama mereka.
Perang Pangeran Diponegoro – nama Arabnya Sultan Abdul Hamid – (1825-1830) memakan korban dalam jumlah besar. Dua ratus ribu pejuang Jawa (Muslim) gugur dalam jihad selama lima tahun itu. Lima belas ribu tewas dari pihak penjajah. Tetapi, dari 15.000 tersebut, 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa. Sisanya adalah serdadu Belanda berkebangsaan Jawa (para pengkhianat, bahkan banyak yang berstatus murtad).
Tanggal 10 Desember 1948, Belanda ikut menandatangani Pernyataan Umum PBB mengenai HAM. Tetapi tinta untuk menandatangani belum kering, sembilan hari kemudian, pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresi militernya yang terbesar terhadap Negara Republik Indonesia yang MERDEKA DAN BERDAULAT.
Sekarang, Belanda bicara bahwa pengadilan penistaan agama yang memvonis BTP bersalah adalah melanggar HAM. Ibarat buruk rupa cermin dibelah, Belanda sampai saat ini tidak mengakui de Jure kemerdekaan RI bicara soal HAM, sedangkan mereka sendiri melanggar HAM ratusan tahun.
Celakanya, saudara-saudara kita, bangsa kita sendiri, dan juga segolongan tertentu yang dulunya juga pengkhianat (berkomplot dengan Belanda, meminta perlindungan kepada KNIL dan juga sempat berbuat keonaran) sekarang mau meminta bantuan kepada Belanda soal pelanggaran HAM pengadilan penistaan agama.
Ingat kawan-kawan, Nusantara dijajah bukan karena kita kekurangan patriot-patriot, bukan karena raja-raja kita lemah, tetapi karena adanya pengkhianat-pengkhianat yang tak peduli darah saudara-saudaranya tumpah. Kita sudah dikhianati, sejak kedatangan Belanda, hari pertama proklamasi kemerdekaan, sampai dengan tidak digunakannya Piagam Jakarta yang utuh sebagai fondasi negara kita.
Jayakarta adalah jajahan pertama Belanda. Dan kini, sepertinya penjajahan akan diulangi kembali, semua dimulai dari JAKARTA.
Sumber: Eep S. Maqdir dari berbagai sumber.
