DI cermin dunia manusia berhias,
Mengusap wajah, melupa nurani yang bias.
Mereka gemerlap di balik tirai semu,
Padahal Allah menilai hati yang bersatu.
Luruhlah debu dosa di dada,
Bersihkan laku, bersihkan kata.
Hati — lentera yang harus dijaga,
Agar lurus jiwa, agar damai raga.
Sabda Rasul adalah peta abadi,
Hati yang lurus, menguatkan jati.
Namun bila bengkok satu urat,
Terseretlah jiwa dalam sesat.
Kecuali yang datang membawa hati selamat,
Tak tercemar syirik, riya’, dan angkuh yang pekat.
Ikhlas bagai embun di pagi hari,
Murni, bening, tak bercela diri.
Benar dalam tekad, benar dalam janji,
Benar dalam amal yang suci.
Ucap selaras laku di jalan yang berseri,
Itulah Shidiq — puncak insan sejati.
Dalam tangis dan tawa, Allah menyapa,
Lewat cinta, hina, setia, dan dusta.
Semua lakon adalah anugerah,
Agar kita manusia — manusia yang ramah.
Belajarlah dari luka dan pujian,
Dari pengkhianatan dan pengorbanan.
Karena hidup adalah tafsir panjang,
Tentang sabar, tentang ridha yang menjulang.
Janganlah gentar, janganlah ragu,
Bersahabatlah dengan takdir yang berlaku.
Langkahkan kaki dalam nafas percaya,
Bahwa esok membawa cahaya yang nyata.
Semoga Allah menuntun hati kita,
Istiqamah di jalan benar hingga surga terbuka.
Karena benar mengantarkan pada kebaikan,
Dan kebaikan menjemput rida Tuhan.