JAKARTAMU.COM |Al-Qur’an mengemukakan dua ciri utama dari kemusyrikan, yakni, pertama, menganggap Tuhan mempunyai syarik atau sekutu, dan kedua, menganggap Tuhan mempunyai andad atau saingan. Kedua ciri utama itu wujud dalam berbagai bentuk manifestasi.
“Kalau kita mendengar perkataan syirik atau kemusyrikan yang segera terbayang dalam angan-angan kita biasanya penyembahan berhala, seperti dilakukan para penganut agama-agama pagan,” tulis Djohan Effendi (1939-2017) dalam buku berjudul “Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah”.
Menurutnya, Al-Qur’an sendiri menyinggung bahkan mengecam orang-orang yang menjadikan berhala sebagai ilah atau sesembahan (QS. 6:74; 7:138; 21:52).
Selain berhala, al-Qur’an juga mengemukakan hal-hal lain yang bisa dijadikan obyek sesembahan selain Tuhan, misalnya penyembahan benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang (QS. 41:37) atau benda-benda mati lainnya (QS. 4:117).
Juga disinggung adanya penyembahan makhluk halus seperti jin (QS. 6:101) atau tokoh-tokoh yang dipertuhan atau dianggap mempunyai unsur-unsur ketuhanan (QS. 4:171; 5:116; 6:102; 19:82-92; 16:57; 17:40 dan 37:49).
Berkenaan dengan penyembahan berhala, benda-benda langit atau benda-benda mati lainnya, atau penyembahan makhluk halus atau manusia yang dipertuhan, kiranya dari segi keberagamaan kita sebagai muslim, bukanlah persoalan yang masih memerlukan perhatian lebih banyak.
Masalahnya sangat jelas dan karena itu menghindarinya pun sangat mudah. Akan tetapi masalah kemusyrikan tidak berhenti sampai di situ saja.
Al-Qur’an masih mengemukakan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah kemusyrikan, yang lebih halus sifatnya, terutama berkaitan dengan ciri kemusyrikan yang menempatkan adanya andad atau saingan terhadap Tuhan, bukan dalam bentuk penyembahan melainkan dalam bentuk kecintaan (QS. 2:165).
Dalam kategori ini bisa dimasukkan juga sikap ketaatan yang sama sekali tanpa reserve terhadap ulama (QS. 9:31) atau sikap fanatisme golongan, aliran atau juga organisasi yang berlebih-lebihan (QS. 23:52-53; 30:31-32).
Hal-hal lain yang oleh al-Qur’an dijadikan contoh sebagai saingan Tuhan dalam kaitannya dengan kecintaan kita adalah keluarga dan kerabat dekat kita, kekayaan, usaha atau bisnis kita, dan rumah-rumah mewah kita (QS. 9:24).
Selain itu masih ada satu hal lagi yang oleh al-Qur’an disebutkan sebagai “sesuatu yang bisa menjadi ilah atau sesembahan kita, yaitu hawa nafsu kita sendiri (QS.25:43).
Menurut Djohan Effendi, berbagai bentuk manifestasi kemusyrikan tersebut, sebagaimana dikemakakan al-Qur’an, menunjukkan bahwa masalah kemusyrikan bukanlah sesuatu yang sederhana, karena itu usaha kita menjadi orang yang benar-benar bertauhid bukanlah masalah yang mudah. (*)