YAYASAN Tahfidz Assulaimaniyah Turki menyelenggarakan buka puasa bersama di kantor pusatnya, Jalan Cipinang Baru Raya No 25 Jakarta Timur, Rabu (19/3/2025). Para undangan pun berbaur dengan segenap pengurus baik yang warga negara Indonesia maupun warga negara asli Turki.
Pesantren Tahfidz Sulaimaniyah berasaskan ahlussunnah wal Jamaah. Pesantren ini fokus pada pendidikan, khususnya Tahfidz Al-Quran dengan metode hapalan cepat.
”Sudah ada 80 cabang se-Indonesia,” kata Humas Yayasan Tahfudz Assulaimaniyah Turki Ustaz Abi Miftah.
Buka puasa dibuka dengan tausiyah selama 15 menit. Ketika masuk waktu berbuka, hanya ada beberapa buah kurma dan segelas air minum kemasan untuk membatalkan puasa. Setelah itu, ada santri yang mengumandangkan azan. Para peserta pun dipersilakan salat sunnah, lalu salat magrib.
Setelah selesai seluruh rangkaian salat magrib hingga zikir, peserta diajak berbuka puasa di aula khusus tempat makan.
”Untuk produk-produk makanan olahan khususnya daging seperti bakso, sosis dan sebagainya, kami memprosesnya sendiri mulai penyembelihan. Yayasan Assulaimaniyah punya Rumah Pemotonga Hewan di Magelang Jawa Tengah,” ujar Ustaz Abi Miftah.
Sambil maka, kami bertanya tentang fikih ibadah seperti hal di atas. Ustaz Doni, imam salat magrib mengatakan mayoritas warga Turki bermahzab Hanafi untuk ritual ibadah. Karena itu, pesantren itu pun mengikuti kebiasaan ibadah orang Turki yang sudah turun sejak zaman kesultanan.
Hal yang menarik dari kebiasaan santri Turki saat berbuka yaitu hanya makan kurma dan segelas air putih lalu segera bersiap salat. Bandingkan dengan kebiasaan masyarakat di Indonesia yang membutuhkan waktu sampai 15 menit untuk membatalkan puasa. Maklum, kurma dan air putih belum cukup buat masyarakat kita. Begitu azan, berbagai hidangan berbuka pun disantap. Dengan perut sudah setengah penuh barulah salat maghrib.
Berharap Pemerintah Beri Izin Penghimpunan Dana Masyarakat
Ustaz Abi Miftah berharap pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto bisa memberikan izin Yayasan Tahfidz Assulaimaniyah Turki Cabang Indonesia untuk mendirikan Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau lembaga sosial penghimpunan dana masyarakat. Izin tersebut dianggap penting untuk menunjang pengembangan pondok pesantren ini selanjutnya
Pondok Pesantren Assulaimaniyah Turki di Indonesia setiap tahun memberangkatkan 400 orang untuk kuliah di Turki dan itu semuanya di tanggung dengan program beasiswa.
Pesantren ini memiliki kurikulum sistem pendidikan keagamaan Islam dan Takhassus, dengan kurikulum utama Tahfidz Al-Quran. Pesantren Sulaimaniyah tidak bermaksud untuk terlibat dalam dunia politik, melainkan fokus pada pendidikan keagamaan. Pesantren Sulaimaniyah bertujuan untuk mempersiapkan kader-kader hafidz dan hafidzah masa depan yang siap menyebarkan ajaran Islam.
Menghapal di Pondok Tahfiz memakai metode dari zaman Kerajaan Usmaniyah. Dimulai dengan halaman terakhir hingga halaman pertama di setiap Juz. Para santri mesti mengulang semua hafalan dari halaman terakhir ke halaman sebelumnya di setiap juz, agar hafalan tidak ada yang hilang. Ini dilakukan berulang-ulang hingga para santri menghapal 30 Juz Al-Qur’an.