Kamis, Januari 16, 2025
No menu items!

Berburu dengan Konsep Konservasi

Must Read

NAMA artis dan model terkenal, Raline Shah, baru-baru ini menjadi perbincangan publik setelah diangkat sebagai Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Digital bidang Kemitraan Global dan Edukasi Digital.

“Raline Shah itu dipilih karena kapasitasnya, jadi bukan karena popularitasnya,” ujar Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria di Jakarta, Rabu (15/1/2025).

Raline memang mencuri perhatian banyak orang dalam beberapa tahun terakhir. Hampir semua aktivitasnya disorot, termasuk oleh Kemkomdigi. Nezar menyebut Raline memiliki koneksi global yang kuat dan perhatian khusus terhadap pengembangan pendidikan digital.

Namun, sebenarnya sosok ayah Raline, Rahmat Shah, tidak kalah menariknya. Sebagai pemburu internasional, Rahmat mengedepankan pendekatan berburu yang unik dan kontroversial: berburu dengan konsep konservasi. Metode ini bertujuan untuk mencegah kepunahan satwa sekaligus meningkatkan populasinya.

Baca juga: Dekat di Hati tapi Jauh di Pemikiran

Lelaki asal Medan itu adalah sosok yang tak asing di dunia internasional. Ia dikenal sebagai pengusaha, diplomat, politisi, sekaligus pendiri Rahmat International Wildlife Museum & Gallery di Medan. Museum tersebut menjadi satu-satunya di Asia yang berfokus pada edukasi konservasi.

Dalam wawancara di acara Kick Andy pada 29 Mei 2009, Rahmat menjelaskan prinsip berburu yang benar. Menurutnya, berburu hanya diperbolehkan untuk satwa tertentu yang telah melewati usia produktif, seperti macan tutul, singa, atau kambing gunung berusia lebih dari 12 tahun.

“Konsep dunia adalah pemburu itu penyayang binatang dan orang konservasi. Kalau pemburu Indonesia, 90 persen adalah pembantai. Mereka berburu malam hari dengan senter, menembak betina, anak, bahkan hewan hamil,” jelas Rahmat Shah. Sebaliknya, ia menekankan bahwa berburu yang benar dilakukan secara terkontrol dengan izin resmi dari pemerintah, di mana hasilnya digunakan untuk mendukung konservasi.

Baca juga: Untold Story Muhadjir Effendy Jadi Menteri Kabinet Jokowi

Rahmat juga mencontohkan praktik di luar negeri, di mana izin berburu kambing gunung tua bisa mencapai Rp1 miliar. Pendapatan ini digunakan untuk melindungi ribuan kambing gunung lainnya, menciptakan keseimbangan ekosistem dan memastikan keberlangsungan spesies tersebut.

Yang menarik, konsep berburu ala Rahmat ini bisa diambil sebagai analogi regenerasi kepemimpinan masyarakat. Rahmat menjelaskan bahwa pejantan tua yang tidak lagi produktif sebaiknya digantikan untuk memberi ruang bagi generasi muda yang lebih potensial. Konsep ini memantik perenungan mendalam dalam konteks organisasi, politik, dan masyarakat.

Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk yang berpikir dan berpolitik (zoon politikon). Hidup bermasyarakat dan berorganisasi adalah kodrat manusia. Namun, dalam kenyataannya, regenerasi di berbagai organisasi sering terhambat oleh keengganan para senior untuk memberikan kesempatan kepada generasi muda. Jabatan strategis sering kali dikuasai oleh orang yang sama, menghambat kaderisasi dan perkembangan organisasi.

Meskipun tidak sepenuhnya bisa diterapkan seperti konsep berburu Rahmat Shah, regenerasi dalam kepemimpinan perlu dirumuskan dengan baik demi keberlangsungan organisasi dan bangsa. Dengan memberikan ruang bagi generasi muda, sebuah organisasi dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan tantangan zaman. (*)

Haedar Nashir Ingin Libur Ramadan Jadi Ajang Pembinaan Akhlak

JAKARTAMU.COM | Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, MSi tidak mempersoalkan panjang pendek hari libur...

More Articles Like This