JAKARTAMU.COM | Tobat adalah jalan kembali bagi setiap hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, tetapi sebaik-baik mereka adalah yang segera bertaubat. Tholq bin Habib Rahimahullah Ta’ala berkata:
“Sesungguhnya hak-hak Allah sangatlah agung untuk dapat ditunaikan dengan sempurna oleh hamba-hamba-Nya. Sungguh nikmat-nikmat Allah sangatlah banyak yang membuat-Nya tidak pantas untuk dimaksiati. Namun songsonglah pagi seraya bertaubat pada-Nya, dan gapailah petang dengan larut dalam taubat pada-Nya.” (Siyar A’lam An Nubalaa 4/601)
Taubat bukan sekadar kata-kata atau ritual tanpa makna. Ia adalah bentuk kesadaran dan pengakuan atas kelemahan diri di hadapan Allah, disertai tekad kuat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَتُوبُوا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًۭا أَيُّهَا ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Setiap pagi dan petang adalah kesempatan baru yang diberikan Allah kepada kita. Pagi adalah awal kehidupan yang penuh harapan, sementara petang adalah momen refleksi untuk merenungi apa yang telah dilakukan sepanjang hari. Barang siapa yang mengisi waktu-waktu ini dengan istighfar dan taubat, maka hatinya akan selalu dekat dengan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ، فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702)
Betapa agungnya Rasulullah ﷺ, manusia paling suci dari dosa, tetapi tetap bertaubat seratus kali sehari. Lalu bagaimana dengan kita yang penuh dosa dan kekhilafan? Bukankah lebih pantas bagi kita untuk senantiasa memohon ampunan-Nya?
Orang yang tidak pernah mengenali kesalahannya tidak akan mengenali sejati dirinya. Mereka yang pernah merasakan pahitnya dosa akan menyadari betapa manisnya ketaatan. Taubat bukan sekadar menyucikan diri dari kesalahan, tetapi juga mendekatkan hati kepada Allah. Taubat yang tulus akan membuka pintu rahmat-Nya, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Maka, janganlah menunda taubat. Pagi dan petang adalah saksi perjalanan hidup kita. Isilah keduanya dengan istighfar, perbaikan diri, dan ketundukan kepada-Nya. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita untuk menjadi hamba-hamba yang senantiasa kembali kepada-Nya dalam setiap hembusan napas. Aamiin.