JAKARTAMU.COM | Dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan digunakan lagi dalam perdagangan di antara negara-negara anggota kelompok BRICS. Salah satu poin kesepakatan dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia, negara anggota sepakat untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi keuangan di antara dan mitra dagangnya.
Komunike yang dinamakan Deklarasi Kazan atau Kazan Declaration itu menyatakan negara-negara BRICS menyadari manfaat luas dari instrumen pembayaran lintas batas yang lebih cepat, berbiaya lebih rendah, lebih efisien, transparan, aman, dan inklusif berdasarkan minimalisasi hambatan perdagangan dan memastikan akses non-diskriminatif.
”Kami menyambut baik penggunaan mata uang lokal dalam transaksi keuangan antara negara-negara Brics dan mitra dagang mereka. Kami mendorong penguatan jaringan perbankan koresponden dan memungkinkan penyelesaian dalam mata uang lokal,” demikian isi deklaras, dikutip dari situs berita milik pemerintah Rusia, RT, Jumat (25/10/2024).
Isu Dedolarisasi
Isu dedolarisasi ini memang telah menguat jauh sebelum penyelenggaraan KTT di Kazan, Rusia. Dorongan penggunaan mata uang lokal ini mengikuti Inisiatif Pembayaran Lintas Batas BRICS (BCBPI), yang bertujuan untuk mempermudah pembayaran dan meminimalkan hambatan perdagangan di antara negara-negara anggota.
Dalam pidato pembukaan KTT, Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan sistem pembayaran internasional alternatif untuk mencegah AS menggunakan dolar sebagai senjata politik.
“Dolar digunakan sebagai senjata. Kami benar-benar melihat hal ini. Saya pikir ini adalah kesalahan besar bagi mereka yang melakukan hal ini,” ungkap Putin seperti dilansir The Guardian, Kamis (24/10/2024).
Putin mengatakan bahwa hampir 95% perdagangan antara Rusia dan China sekarang dilakukan dalam rubel dan yuan. Para pemimpin negara BRICS lainnya mendukung penciptaan sistem pembayaran lintas batas bersama. Hal ini akan membantu negara-negara BRICS melakukan perdagangan satu sama lain, melewati sistem keuangan global yang didominasi dolar AS.
Susul 3 Negara ASEAN
Dalam KTT ini, Indonesia bersama tiga negara Asia Tenggara (ASEAN) lain secara resmi masuk menjadi 13 mitra baru BRCS. Tiga negara ASEAN itu adalah Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Sementara sembilan negara lain adalah Aljazair, Belarusia, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Kazakhstan, Nigeria, Turki, Uganda, dan Uzbekistan.
Ekonomi anggota BRICS mewakili lebih dari USD28,5 triliun atau sekitar 28% dari ekonomi global. BRICS diawali oleh Brasil, Rusia, India, dan China. Afrika Selatan lalu bergabung pada tahun 2010. Beirikutnya Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA ) menjadi anggota BRICS tahun ini.