JAKARTAMU.COM | Setiap bulan Ramadan, Masjid Jami’ Pekojan di Semarang menjadi pusat perhatian berkat tradisi uniknya: penyajian Bubur India sebagai hidangan berbuka puasa. Tradisi yang telah berlangsung lebih dari seabad ini tidak hanya menawarkan cita rasa khas, tetapi juga menyimpan sejarah panjang interaksi budaya antara pendatang India dan masyarakat lokal Semarang.
Sejarah dan Asal Usul Bubur India
Pada akhir abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1878, para pedagang dan pendakwah Muslim dari India, Gujarat, dan Pakistan menetap di kawasan Petolongan, Semarang. Mereka mendirikan Masjid Jami’ Pekojan sebagai pusat ibadah dan komunitas. Dalam upaya mempererat hubungan dengan masyarakat lokal, mereka memperkenalkan hidangan khas berupa bubur yang kaya rempah. Resep bubur ini kemudian dibagikan dan dimasak bersama warga setempat, yang lambat laun menjadi tradisi berbuka puasa di masjid tersebut.

Keunikan dan Proses Pembuatan
Bubur India Masjid Pekojan memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari bubur pada umumnya. Bahan-bahan yang digunakan meliputi beras, santan, dan berbagai rempah seperti serai, daun salam, kayu manis, dan bawang putih. Untuk kaldu, digunakan iga sapi dan sengkel sapi yang menambah kekayaan rasa. Proses memasaknya masih mempertahankan metode tradisional dengan menggunakan tungku kayu bakar, yang diyakini memberikan aroma dan cita rasa khas pada bubur.

Penyajian dan Antusiasme Masyarakat
Setiap harinya selama Ramadan, masjid ini menyediakan sekitar 150 hingga 200 porsi bubur untuk jamaah dan masyarakat umum. Bubur disajikan dengan berbagai lauk pendamping seperti sambal goreng ati, sambal goreng ayam, kare, atau gulai, serta telur rebus di atasnya. Antusiasme masyarakat sangat tinggi; banyak yang datang lebih awal untuk memastikan mendapatkan semangkuk bubur legendaris ini.
Makna Filosofis dan Pelestarian Tradisi
Selain sebagai hidangan berbuka, Bubur India memiliki makna filosofis mendalam. Ia menjadi simbol akulturasi budaya dan perekat sosial antara pendatang dan warga lokal. Meskipun zaman terus berkembang, tradisi ini tetap dilestarikan sebagai warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah dan kebersamaan.
Bagi Anda yang berkunjung ke Semarang saat Ramadan, mencicipi Bubur India di Masjid Pekojan adalah pengalaman kuliner yang tidak boleh dilewatkan. Selain menikmati kelezatan rasanya, Anda juga akan merasakan nuansa sejarah dan kebersamaan yang terpancar dari tradisi ini. (Dwi Taufan Hidayat)