Jumat, Januari 31, 2025
No menu items!

BUKU: Membaca Kritis Fihi Ma Fihi Jalaluddin Rumi

Must Read

Judul Buku: Fihi Ma Fihi
Pengarang: Jalaluddin Rumi
Penyunting: Abd. Koliq
Penerbit: FORUM (Grup Relasi Inti Media)
Tebal Halaman: 530 halaman
Cetakan Pertama: Januari 2014

Fihi Ma Fihi adalah salah satu karya monumental Jalaluddin Rumi, seorang sufi dan penyair Persia yang terkenal. Buku ini disusun dalam bentuk kumpulan esai, percakapan, dan refleksi sufistik yang menyentuh berbagai aspek kehidupan, termasuk cinta ilahi, hubungan manusia dengan Tuhan, makna hidup, dan perjalanan spiritual. Rumi menggunakan tafsir Al-Qur’an, hadis, serta cerita-cerita sufistik untuk menjelaskan pandangan spiritualnya. Buku ini tidak hanya menjadi pegangan spiritual, tetapi juga menjadi panduan kehidupan yang relevan bagi berbagai generasi.

Dalam karyanya ini, Rumi menekankan pentingnya cinta, keikhlasan, dan pengabdian kepada Tuhan. Ia juga mengajak pembaca untuk merenungkan posisi manusia sebagai makhluk yang berada di antara dunia material dan spiritual. Fihi Ma Fihi tidak hanya menjadi cerminan pemikiran Rumi, tetapi juga menjadi saksi perjalanan hidup dan spiritualitasnya.

Buku Fihi Ma Fihi terdiri dari 71 pasal yang berisi jawaban Rumi atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh murid-murid, pejabat, atau orang-orang yang ditemuinya. Berikut adalah garis besar isi buku ini:

  1. Hubungan Manusia dengan Tuhan:
    Rumi membahas tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu mencari dan mendamba Tuhan. Ia menekankan pentingnya pengabdian total kepada Sang Pencipta dan melepaskan diri dari hawa nafsu duniawi.
  2. Cinta sebagai Inti Kehidupan:
    Konsep isyq atau cinta ilahi menjadi tema sentral dalam buku ini. Rumi menggambarkan cinta sebagai kekuatan yang menyatukan makhluk dengan Penciptanya.
  3. Makna Kehidupan dan Kematian:
    Rumi menjelaskan bahwa kehidupan di dunia adalah tempat sementara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan kematian adalah perjalanan menuju keabadian.
  4. Analogi dan Hikayat:
    Buku ini penuh dengan analogi dan kisah-kisah inspiratif yang digunakan Rumi untuk menjelaskan ajaran sufistiknya. Misalnya, ia menggunakan perumpamaan lautan dan buih untuk menggambarkan hubungan antara manusia dan Tuhan.
  5. Pendidikan Spiritual:
    Rumi juga memberikan panduan tentang bagaimana seseorang dapat mencapai pencerahan spiritual melalui pengabdian, doa, dan refleksi diri.
  6. Kritik terhadap Kehidupan Duniawi:
    Dalam beberapa pasalnya, Rumi mengecam kehidupan yang terlalu berorientasi pada materi. Ia mengingatkan pembaca untuk lebih fokus pada kehidupan spiritual.

Setiap pasal ditulis dengan gaya bahasa yang puitis dan penuh dengan metafora, menjadikan buku ini tidak hanya sebuah karya sufistik, tetapi juga karya sastra yang indah. Fihi Ma Fihi adalah refleksi dari wawasan luas Rumi tentang berbagai isu kehidupan, baik spiritual maupun sosial, yang masih relevan hingga kini.

Buku ini adalah salah satu mahakarya Jalaluddin Rumi yang memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan spiritual manusia. Dengan gaya penulisan yang indah dan hikmah yang mendalam, Fihi Ma Fihi tidak hanya menjadi bacaan inspiratif, tetapi juga menjadi panduan bagi siapa saja yang ingin mendalami makna cinta, kehidupan, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Evaluasi dan Analisis Buku Fihi Ma Fihi

  1. Kelebihan, Kekuatan, dan Keunggulan:
    Kedalaman Filosofis
    :
    Fihi Ma Fihi adalah karya yang sarat dengan makna spiritual dan filsafat sufistik. Pemikiran Jalaluddin Rumi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Allah dan dunia disajikan secara reflektif, membuat pembaca merasa tersentuh secara emosional maupun intelektual.

Pendekatan yang Fleksibel:
Buku ini disusun dalam bentuk percakapan, refleksi, dan komentar, sehingga pembaca merasa lebih terlibat dalam proses pemikiran Rumi. Pendekatan ini memudahkan pemahaman konsep-konsep yang kompleks seperti isyq (kerinduan) dan makrifat.

Konteks yang Kaya Akan Hikmah:
Rumi menyajikan tafsir Al-Qur’an dan hadis dengan penjelasan sufistik yang unik, dilengkapi dengan cerita, analogi, dan hikayat. Hal ini menjadikan buku ini relevan bagi pembaca yang mencari hikmah dalam kehidupan sehari-hari.

Relevansi dengan Kehidupan Modern:
Walaupun ditulis berabad-abad yang lalu, Fihi Ma Fihi tetap relevan dengan situasi manusia modern, karena banyak membahas tema universal seperti cinta, makna hidup, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

  1. Kritik dan Kekurangan:
    Struktur yang Tidak Konsisten:
    Buku ini terdiri dari pasal-pasal yang terkadang melompat dari satu topik ke topik lain tanpa transisi yang jelas. Hal ini dapat membingungkan pembaca yang mencari narasi linier atau tema yang fokus.

Bahasa yang Tinggi:
Meskipun kaya akan makna, gaya bahasa yang digunakan Rumi sering kali metaforis dan simbolis. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi pembaca yang kurang familiar dengan konteks sufistik atau karya klasik.

Minim Penjelasan Kontekstual:
Beberapa bagian membutuhkan pengetahuan mendalam tentang sejarah, budaya, atau terminologi sufistik untuk sepenuhnya dipahami. Pembaca awam mungkin merasa kesulitan memahami isi tanpa bantuan catatan kaki yang mendetail.

  1. Saran dan Masukan:
    Penyusunan Ulang dengan Catatan Kaki:
    Menambahkan catatan kaki yang lebih rinci untuk menjelaskan konsep sufistik dan konteks sejarah akan sangat membantu pembaca dalam memahami isi buku secara lebih baik.

Pengelompokan Tema:
Buku dapat disusun ulang dengan pengelompokan tema yang lebih jelas sehingga pembaca bisa lebih mudah mengikuti alur pemikiran Rumi.

Adaptasi Bahasa:
Penyajian ulang dengan bahasa yang lebih sederhana tanpa menghilangkan esensi makna dapat membuat buku ini lebih mudah diakses oleh khalayak luas.

Pengayaan dengan Penafsiran Modern:
Buku ini akan semakin relevan jika dilengkapi dengan penafsiran yang mengaitkan hikmah-hikmah Rumi dengan tantangan kehidupan manusia modern.

Akhir Narasi
Buku Fihi Ma Fihi adalah cermin yang merefleksikan kedalaman jiwa manusia dalam mencari Tuhan. Dalam setiap paragrafnya, Rumi seperti mengajak pembaca menari bersama keagungan cinta ilahi. Meski penuh tantangan dalam memahami metafora dan simbol-simbolnya, buku ini memberikan harta karun hikmah bagi mereka yang bersedia meluangkan waktu untuk merenunginya. Sebagaimana tujuan sufistik, karya ini mengingatkan bahwa hakikat perjalanan spiritual adalah penyatuan dengan Yang Maha Esa, meskipun jalan menuju ke sana tidak selalu mudah atau linier. (Dwi Taufan Hidayat)

Siswa SMA Muhammadiyah 11 Jakarta Raih Medali Olimpiade Ekonomi

JAKARTAMU.COM | Prestasi membanggakan kembali ditorehkan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 11 Jakarta dalam ajang Olimpiade Muhammadiyah Berprestasi Nasional 2025 di...

More Articles Like This