Sabtu, Maret 29, 2025
No menu items!
spot_img

Buya Syafii Maarif: Sang Guru Bangsa yang Rendah Hati dan Moderat

Must Read

JAKARTAMU.COM | Buya Ahmad Syafii Maarif lahir pada 31 Mei 1935 di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau, Sumatera Barat. Beliau tumbuh dalam lingkungan sederhana yang menanamkan nilai-nilai Islam sejak kecil. Pendidikan awalnya ditempuh di kampung halamannya sebelum melanjutkan perjalanan ke Lombok untuk mengajar pada usia 21 tahun di Pohgading hingga tahun 1957.

Setelah itu, beliau melanjutkan studi ke Universitas Cokroaminoto, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta), serta meraih gelar Master dari Universitas Ohio dan gelar doktor dari Universitas Chicago di Amerika Serikat. Dengan latar belakang akademik yang kuat, Buya Syafii memiliki pemahaman Islam yang mendalam serta wawasan luas tentang perkembangan dunia.

Kepemimpinan di Muhammadiyah

Buya Syafii menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari tahun 1998 hingga 2005, menggantikan Amien Rais. Dalam kepemimpinannya, beliau menekankan pentingnya Islam yang moderat dan inklusif. Sebagai tokoh yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan keberagaman, beliau mendorong dialog antaragama dan memperjuangkan hak-hak kaum minoritas agar tetap mendapatkan keadilan di negeri ini.

Meskipun menjadi pemimpin ormas Islam terbesar kedua di Indonesia, Buya Syafii tetap rendah hati dan menolak dikultuskan. Ia menegaskan bahwa jabatan adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, bukan untuk mencari kehormatan pribadi.

Kesederhanaan Seorang Cendekiawan

Kesederhanaan dan ketulusan Buya Syafii dalam menjalankan kehidupan sehari-hari menjadi teladan bagi banyak orang. Meskipun pernah menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, beliau tidak pernah meminta untuk dilayani atau mendapatkan perlakuan istimewa.

Suatu hari, saat harus kontrol ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk menjalani pengobatan, beliau tertib mengantre bersama pasien lain, menunggu gilirannya dilayani dokter. Tidak ada pengawalan, tidak ada perlakuan khusus. Ketika beberapa orang menawarkan jalur cepat karena posisinya sebagai tokoh nasional, dengan tenang beliau menolak dan mengatakan bahwa dirinya sama seperti pasien lainnya yang harus menunggu sesuai antrean.

Kisah ini mencerminkan betapa rendah hatinya Buya Syafii. Bagi beliau, jabatan dan kedudukan bukanlah alasan untuk mendapatkan hak lebih dibandingkan rakyat biasa. Sikapnya ini sejalan dengan teladan Rasulullah ﷺ yang tidak pernah meminta diperlakukan istimewa meskipun beliau adalah utusan Allah.

Pemikiran dan Kontribusi dalam Islam Moderat

Sebagai seorang pemikir Islam, Buya Syafii konsisten dalam memperjuangkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Beliau percaya bahwa Islam harus menjadi rahmat bagi semua manusia, bukan hanya untuk umat Muslim saja.

Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mengingatkan bahwa Islam bukan hanya soal ibadah ritual semata, tetapi juga tentang membangun peradaban yang adil dan beradab. Pemikirannya sering disandingkan dengan tokoh-tokoh moderat lainnya seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid, yang juga mengusung gagasan pluralisme dan kebangsaan.

Beliau juga aktif menulis di berbagai media untuk menyuarakan pentingnya moralitas, kejujuran, dan integritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui tulisan-tulisannya, beliau terus mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan menolak segala bentuk ekstremisme yang dapat merusak harmoni sosial.

Penghargaan dan Pengakuan

Sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya dalam mendorong perdamaian dan pemahaman antaragama, Buya Syafii menerima penghargaan Ramon Magsaysay pada tahun 2008. Penghargaan ini diberikan kepada individu yang berkontribusi besar dalam bidang kepemimpinan sosial dan perdamaian.

Selain itu, beliau juga mendapatkan berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri atas kiprahnya dalam dunia pendidikan dan dakwah Islam.

Akhir Hayat dan Warisan Intelektual

Buya Syafii Maarif menghembuskan napas terakhir pada 27 Mei 2022 di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta, akibat komplikasi jantung. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi bangsa Indonesia, terutama bagi mereka yang mengagumi pemikirannya.

Namun, warisan intelektualnya tidak akan pernah pudar. Melalui berbagai karya tulis, pemikiran, dan sikap hidupnya yang sederhana, beliau tetap menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk memperjuangkan Islam yang damai dan berkeadilan.

Kesimpulan

Buya Syafii Maarif bukan hanya seorang ulama atau cendekiawan Muslim, tetapi juga seorang guru bangsa yang memberikan contoh nyata tentang keteladanan, kesederhanaan, dan keberanian dalam memperjuangkan kebenaran.

Sikap rendah hati, komitmen terhadap nilai-nilai Islam yang moderat, serta dedikasi dalam dunia pendidikan membuat beliau menjadi sosok yang sangat dihormati. Semoga Allah ﷻ menerima segala amal baiknya dan menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya.

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه، وأكرم نزله ووسع مدخله، واغسله بالماء والثلج والبرد، ونقه من الذنوب والخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس

“Ya Allah, ampunilah beliau, rahmatilah beliau, berikanlah kesejahteraan dan maafkanlah beliau. Muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, basuhlah beliau dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah beliau dari dosa-dosanya sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari kotoran.”

Aamiin.

Dwi Taufan Hidayat

Hukum Meninggalkan Salat Id

JAKARTAMU.COM | Shalat Idul Fitri merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Islam dan memiliki kedudukan penting dalam kehidupan...

More Articles Like This