JAKARTAMU.COM | Kabar baik itu datang dari lantai bursa. Performa indeks saham BUMN alias IDXBUMN20 tampak mentereng. Nggak percaya? Bandingkan saja dengan indeks saham bergengsi lainnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks saham BUMN meningkat sebesar 2,13% sepanjang tahun berjalan alias year to date (YtD) menuju level 360,91. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menorehkan kenaikan sebesar 1,22% YtD ke 7.166,05. Selain itu, kinerja IDXBUMN20 juga lebih unggul dari LQ45 yang hanya tumbuh 0,59 YtD.
“Penguatan indeks saham BUMN cukup solid karena didukung oleh kinerja fundamental saham-saham utama di dalam indeks, khususnya sektor perbankan dan infrastruktur,” ujar analis Panin Sekuritas Felix Darmawan.
Di sektor perbankan, penguatan saham bank pelat merah berjalan seiring dengan keputusan Bank Indonesia (BI) yang memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75% pada awal Januari 2025.
Penurunan suku bunga menjadi salah satu katalis besar bagi sektor perbankan terutama himpunan bank milik negara atau Himbara.
Sudah barang tentu, penurunan suku bunga memengaruhi cost of fund menjadi lebih rendah dan berpotensi meningkatkan pertumbuhan kredit. Ada juga harapan terhadap meningkatnya permintaan kredit dari korporasi dan ritel yang terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi.
Sudah begitu, ekspektasi laporan keuangan 2024 juga ikut memberikan sentimen positif bagi saham bank negara, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), yang diketahui memberikan bobot terbesar kepada pergerakan indeks.
Tiga bank itu diyakini mencatatkan laba bersih secara signifikan, didukung oleh pertumbuhan kredit di sektor UMKM, korporasi, dan infrastruktur. BBNI, semisal, telah meraih laba bersih sebesar Rp21,5 triliun sepanjang 2024. Perolehan tersebut tumbuh sebesar 2,7% year on year (YoY), didorong oleh net interest margin (NIM) yang solid hingga terjaganya kualitas aset perseroan.
Di sisi lain, implementasi program prioritas pemerintah turut menjadi sentimen tambahan bagi IDXBUMN20. Hal itu berkaitan dengan dukungan sejumlah perusahaan pelat merah terhadap proyek strategis nasional.
“Pemulihan ekonomi domestik yang didorong oleh konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah akan terus menjadi motor pertumbuhan,” ucap Felix.
Market Maker
Pada saat ini saham-saham BUMN masih relatif aman. Namun ada kalanya yang aman itu akan rusuh. Itu sebabnya, kehadiran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara diharapkan dapat menjadi market maker bagi saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Budi Frensidy, Guru Besar Universitas Indonesia (UI) sekaligus Pengamat Pasar Modal, mengatakan hal tersebut bertujuan menopang saham-saham pelat merah agar tidak mudah tumbang ketika asing melakukan aksi ambil untung.
“Supaya saham-saham BUMN ini ada market maker-nya atau liquidity provider yang membuat dia tidak jatuh dan cenderung lebih mudah naik,” ujarnya.
Market maker adalah perusahaan atau individu yang ditunjuk oleh operator pasar modal untuk menggerakan pasar melalui modal jumbo. Mereka juga secara aktif melakukan bid and offer dalam transaksi saham dengan tujuan memberikan kemudahan bagi para investor sebagai penyedia likuiditas.
Sementara itu, Danantara secara bertahap memang disiapkan sebagai cikal bakal superholding. Pada tahap awal, dana kelolaan Danantara diproyeksi mencapai US$10,8 miliar yang berasal dari Indonesia Investment Authority (INA). Selanjutnya, 7 BUMN bakal dikonsolidasikan ke Danantara dengan total asset under management (AUM) ditaksir mencapai US$600 miliar. Jumlah ini diramal meningkat hingga mencapai US$982 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
Sejauh ini, perusahaan pelat merah seperti PT Taspen (Persero) yang dinilai mampu menjadi penyedia likuiditas bagi saham-saham BUMN, belum menjalankan fungsi tersebut.
“Jadi lihat, begitu asing keluar ya semuanya tidak ada yang tanggung jawab atau tidak bersedia untuk menahan kejatuhan tersebut. Itu yang disayangkan,” ujarnya.
Menurut Budi, jika Danantara kelak mengambil peran tersebut, hal ini diyakini memberikan dampak positif bagi perkembangan pasar saham Indonesia ke depan. Dalam perkembangan lain, Danantara dipastikan segera beroperasi seiring rampungnya draf Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Presiden (Perpres) yang akan mengakomodasi gerak lembaga baru ini. (*)