JAKARTAMU.COM | PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA telah memprediksi 6 BUMN sulit disembuhkan. Jumlah itu merupakan 22 pasien yang ada. “Hanya empat yang memiliki potensi untuk pulih,” ungkap Direktur Utama PT Danareksa (Persero), Yadi Jaya Ruchandi. “Enam perusahaan lain kemungkinan besar akan dihentikan operasinya.”
Yadi menyampaikan hal itu dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI. “Dari 21 BUMN plus satu yang disampaikan kepada kita, yang sekarang ada istilahnya ada peluang cuma empat perusahaan,” kata Yadi.
Enam perusahaan pelat merah yang divonis sulit dipulihkan adalah PT Indah Karya (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT Amarta Karya (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Varuna Tirta Prakasya (Persero), dan PT Semen Kupang.
PT Indah Karya (Persero) adalah BUMN yang didirikan pada 29 Maret 1961. Pada awalnya, perusahaan ini berfokus pada bidang konstruksi dan manajemen. Tapi sejak awal 2014, perusahaan ini mulai merambah sektor properti dan industri.
Perusahaan yang berkantor pusat di Bandung ini didirikan dengan tujuan untuk mendukung program pembangunan ekonomi nasional melalui berbagai bidang usaha seperti survei, investigasi, studi perencanaan, desain teknis, manajemen pengawasan konstruksi, penyediaan tenaga ahli, dan layanan konsultasi.
Ada banyak proyek penting yang telah dikelola oleh PT Indah Karya (Persero). Di sektor properti BUMN ini membangun Bellazona Golf Apartment di Bandung. Kemudian mereka juga menjadi Manajemen Konstruksi Pembangunan Stadion Patriot di Bekasi, hingga Manajemen Konstruksi Renovasi Gedung Kitawaya sebagai pusat penanganan COVID-19 di Provinsi Sulawesi Utara.
Sedangkan PT Dok Dan Perkapalan Surabaya (Persero) atau DPS adalah BUMN yang bergerak di bidang jasa perbaikan dan pembuatan kapal baru. Perusahaan yang berlokasi di Surabaya ini didirikan pada 22 September 1910 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama NV Drogdok Maatschappij, yang awalnya melayani kapal-kapal Belanda di Indonesia.
Antara 1942 dan 1945, perusahaan ini dikelola oleh Pemerintah Jepang dan bernama Harima Zosen. Setelah dinasionalisasi pada 1 Januari 1961, perusahaan ini menjadi PN Dok dan Perkapalan Surabaya. Sejak itu, DPS telah memperbaiki lebih dari 20.000 kapal dan membangun lebih dari 600 kapal berbagai jenis, yang dipesan oleh pelanggan lokal dan asing.
Ketiga, PT Amarta Karya (Persero) atau Amka. Ini adalah BUMN yang bergerak di bidang konstruksi. Perusahaan ini bermula di Semarang pada tahun 1960 dengan nama NV Constructie WerkPlaatsen De Vri’es Robbe Lindeteves, hasil penggabungan NV Lindeteves Stokvis dan Fa. De Vries Robbe yang fokus pada produksi jembatan dan konstruksi baja.
Pada 1962, perusahaan ini dinasionalisasi menjadi PN Amarta Karya dan tetap beroperasi di bidang yang sama. Pada tahun 1972, statusnya berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) yang berkedudukan di Jakarta, dan memperluas bisnisnya ke bidang konstruksi sipil, listrik, dan mekanik, selain konstruksi dan fabrikasi baja yang telah menjadi inti bisnisnya. Saat ini, PT Amarta Karya (Persero) fokus pada pengembangan lini bisnis di bidang manufaktur, infrastruktur, gedung, EPC, dan properti.
Keempat, PT Barata Indonesia (Persero). Ini adalah BUMN yang bergerak di bidang manufaktur untuk mendukung sektor pangan, energi, dan air. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1971. Awalnya, PT Barata berasal dari NV Braat Machine Fabriek yang didirikan pada tahun 1901 oleh seorang Belanda dan fokus pada perawatan pabrik gula di Jawa Timur.
Pada 1961, perusahaan ini dinasionalisasi dan berganti nama menjadi P.N. Barata. Di waktu yang sama, Machine Fabriek & Werf NV. Molen Fliet yang memiliki fokus serupa di luar Jawa Timur juga dinasionalisasi menjadi P.N. Sabang Merauke. Pada tahun 1971, melalui PP No. 3/1971, P.N. Sabang Merauke, P.N. Barata, dan P.N. Peprida digabung menjadi PT Barata Metalwork and Engineering.
Penggabungan ketiga perusahaan itu disahkan dengan Akta Pendirian No. 35 tahun 1971. PT Barata Indonesia kini memperluas lini usahanya menjadi perawatan pabrik gula, produksi mesin pengolah hasil perkebunan, fabrikasi dan instalasi konstruksi baja, produksi mesin penggilas jalan, serta jasa instalasi proyek industri dasar.
Kelima, PT Varuna Tirta Prakasya (Persero). Ini adalah BUMN yang didirikan pada 7 Mei 1947. Berpusat di Jakarta, VTP menyediakan layanan logistik seperti manajemen proyek, rantai persediaan, logistik ekspor-impor, logistik minyak dan gas, serta distribusi logistik, dengan jaringan infrastruktur yang tersebar di seluruh Indonesia.
VTP merupakan hasil penggabungan empat perusahaan Belanda di bidang logistik, yaitu N.V. Het Batavia Veem, N.V. Indische Veem, N.V. Java Veem, dan Verenigde Prouwenveren, yang kemudian menjadi Fa. Veem Combinatie Tandjoeng Priok pada 7 Mei 1947. Antara 1954 dan 1977, perusahaan ini beberapa kali mengalami perubahan nama dan bentuk badan hukum, hingga akhirnya menjadi P.N. VTP (Varuna Tirta Prakasya).
Keenam, PT Semen Kupang. Perusahaan ini adalah satu-satunya pabrik semen kecil di Indonesia yang menggunakan tungku tegak. Didirikan pada 22 Desember 1980 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 14 April 1984, pabrik ini memiliki kapasitas produksi 120 ribu ton per tahun.
Pendirian pabrik ini bertujuan untuk mendukung kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, khususnya dalam industri semen dan kimia dasar.
Pada 4 Januari 1991, PT Semen Kupang menjadi BUMN berdasarkan PP No.4 Tahun 1991, dengan pengalihan saham dari PT Semen Gresik (Persero). Awalnya, perusahaan ini merupakan patungan antara PT Semen Gresik, Bank Pembangunan Indonesia, dan Pemerintah Daerah NTT melalui PD Flobamor.
Setelah menjadi BUMN, kapasitas produksi meningkat menjadi 570 ribu ton pada 1998, dengan optimalisasi Cement Mill dan pembangunan Pabrik Semen Kupang II. Namun, pada era 2000-an, PT Semen Kupang mengalami berbagai kesulitan dan pasang surut, menjadi satu-satunya industri semen di Nusa Tenggara Timur yang menghadapi tantangan besar.
Mengapa BUMN Bangkrut?
BUMN tak mampu bertahan karena harus bersaing dengan swasta yang kian perkasa. Pakar ekonomi politik, Ichsanuddin Noorsyi, menyebut ekonomi kita telah dirampok. “Siapa bilang kita miskin, kalau tidak dirampok, kita kaya kok,” cetusnya dengan gaya khasnya kepada kepada Jakartamu.com.
Ichsanuddin Noorsyi melihat, model perampokan aset-aset negara melalui BUMN dan kongkalikong para pejabat dan politisilah yang membuat negeri ini bangkrut.
Ekonomi kita betul-betul dikuasai swasta asing yang berjejaring dengan kekuatan swasta lokal untuk menguasai pasar. “Mereka merampok aset-aset negara dengan sadis,” jelas Ichsanuddin.
Untuk itu, ia tetap menyambut keinginan baik Prabowo untuk membawa pemerintahannya kembali on the right track. “Jika dia punya keinginan baik untuk memperbaiki negara, tidak perlulah dia harus berteriak-teriak akan mengejar koruptor hingga ke Antartika, cukuplah yang di depan mata saja dia beresin,” kata Ichsanuddin.
Prabowo dan paradoks itu
Menurutnya, tekad Prabowo untuk membasmi korupsi masih belum kongkrit. Sebab para menteri yang berada di bawah naungannya saja masih banyak koruptor. “Bagaimana kita bisa bilang Prabowo akan memberantas koruptor, ini jelas paradoksal bukan?” tegasnya seraya membelalakkan mata.
Memang apa yang dilakukan Prabowo dinilai banyak kalangan terutama yang kritis terhadap rezim Jokowi belum signifikan. Prabowo dinilai masih terlihat lemah karena Jokowi dan kroninya memiliki saham yang signifikan dalam kekuasaan Prabowo saat ini. Mereka menuding Kabinet Merah Putih bentukan Prabowo-Gibran terlalu “gendut” dan menyalahi hukum besi manajemen publik yang baik.
Pakar kebijakan publik dan tatakelola birokrasi, Medrial Alamsyah menyebut kabinet Merah Putih sebagai bertentangan dengan tantangan yang hendak dia jawab. “Kalau saja Pak Prabowo ingin negara ini maju, maka kabinetnya bukan seperti sekarang. Ini gendut sekali dan orang-orang yang dia pilih bukanlah orang-orang terbaik,” jelas Medrial dengan nada pesimistik.
Persoalan ekonomi yang sangat pelik, sebagai warisan Jokowi yang kompleks, lanjut Medrial Alamsyah, sangat membebani kinerja Prabowo selaku Presiden. “Mestinya dia lebih tegas menghadapi tekanan Jokowi dan jangan mau dikirim orang-orang yang tidak kompeten,” tambahnya.
Medrial meramalkan, jika komposisi kabinet Merah Putih masih dipertahankan seperti saat ini, maka Prabowo akan kehilangan momentum melakukan perubahan. “Para pembantu akan saling mengunci, karena mereka tidak bisa tunduk sepenuhnya pada Prabowo, sebab sebagian besar diantara mereka adalah orang-orangnya Jokowi,” ucap Medrial Alamsyah.
Jika ingin melakukan perubahan besar, Medrial menyarankan agar Prabowo sebagai presiden harus merombak kembali kabinet rasa Jokowi itu. “Organisasi negara yang gemuk, di samping tidak efisien juga akan kesulitan dalam melaksanakan program-program strategisnya,” jelas ahli manajemen publik itu.
Fathorrahman Fadli dan Dimas Huda