SEMARANG, JAKARTAMU.COM | Semarang, sebagai salah satu kota bersejarah di Indonesia, memiliki banyak bangunan yang mencerminkan perjalanan waktu. Salah satu ikon arsitektur yang mengalami perubahan drastis adalah gedung GRIS (Gedung Rakyat Indonesia Semarang) yang kini telah bertransformasi menjadi Paragon Mall, pusat perbelanjaan modern di Jl. Pemuda, Semarang. Perubahan ini menjadi bukti nyata dinamika perkembangan kota dari masa ke masa.
Gedung GRIS: Jejak Sejarah di Era Kolonial
Gedung GRIS pertama kali dibangun pada tahun 1910, di masa kolonial Belanda. Bangunan ini menjadi salah satu pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat Semarang saat itu. Arsitektur gedung ini mengadopsi gaya Eropa klasik dengan pilar-pilar besar dan desain simetris yang mencerminkan kemegahan kolonial.
GRIS bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga memiliki nilai historis yang tinggi. Pada era sebelum kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai tempat pertemuan, acara seni, dan pertunjukan teater. Seiring waktu, fungsinya berkembang dan menjadi bagian penting dari kehidupan sosial masyarakat Semarang.
Setelah Indonesia merdeka, GRIS tetap menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa. Gedung ini sempat digunakan untuk berbagai acara kenegaraan, rapat-rapat penting, hingga menjadi tempat berkumpulnya tokoh-tokoh pergerakan nasional. Namun, memasuki era modern, perubahan kebutuhan masyarakat mengharuskan adanya transformasi besar terhadap bangunan ini.

Transformasi Menjadi Paragon Mall
Pada awal 2000-an, pemerintah kota dan pihak pengembang melihat potensi besar di kawasan Jl. Pemuda sebagai pusat ekonomi dan perdagangan. Maka, keputusan untuk mengubah Gedung GRIS menjadi sebuah pusat perbelanjaan modern pun diambil.
Pada tahun 2007, pembangunan Paragon Mall dimulai dengan konsep arsitektur yang lebih kontemporer, menyesuaikan dengan kebutuhan gaya hidup masyarakat urban. Akhirnya, pada tahun 2009, Paragon Mall resmi dibuka sebagai salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Semarang.
Paragon Mall hadir dengan berbagai fasilitas modern, mulai dari pusat perbelanjaan, hiburan, hotel berbintang, hingga area kuliner yang menghadirkan berbagai cita rasa nusantara dan internasional. Mall ini menjadi simbol perubahan zaman, dari bangunan kolonial yang kental dengan nuansa sejarah, menjadi pusat gaya hidup modern yang dinamis.
Antara Modernisasi dan Pelestarian Sejarah
Meskipun GRIS telah berubah menjadi Paragon Mall, nilai sejarahnya tidak bisa dihapus begitu saja. Sejumlah upaya pelestarian dilakukan, seperti dokumentasi sejarah gedung lama serta desain interior yang tetap menghadirkan sentuhan klasik di beberapa bagian mall.
Perubahan ini juga memunculkan diskusi di kalangan sejarawan dan masyarakat mengenai pentingnya menjaga warisan sejarah. Beberapa pihak menyayangkan hilangnya bangunan asli, namun di sisi lain, modernisasi dianggap sebagai langkah yang tidak terhindarkan demi memenuhi kebutuhan zaman.
Paragon Mall: Simbol Perubahan Kota Semarang
Kini, Paragon Mall bukan hanya menjadi destinasi belanja dan hiburan, tetapi juga menjadi bukti bagaimana sebuah kota dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Dari gedung kolonial yang megah di tahun 1910, menjadi pusat perbelanjaan modern di tahun 2024, bangunan ini tetap menjadi bagian penting dalam identitas Kota Semarang.
Dengan melihat transformasi ini, kita dapat memahami bahwa sejarah dan modernisasi dapat berjalan berdampingan. Gedung lama mungkin telah berubah, tetapi jejak sejarahnya akan selalu hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Semarang. (Dwi Taufan Hidayat)