Jumat, Maret 21, 2025
No menu items!
spot_img

Deflasi dan Krisis Daya Beli: Ketika Kelas Pekerja Tak Lagi Mampu Berbelanja

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Lima bulan berturut-turut mengalami deflasi bukan sekadar fenomena ekonomi biasa, tetapi sebuah alarm yang mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat. Turunnya harga barang yang seharusnya menjadi kabar baik justru menyiratkan masalah serius: masyarakat, terutama kelas pekerja, tak lagi memiliki cukup uang untuk berbelanja. Jika situasi ini terus berlanjut tanpa solusi konkret, dampaknya bisa merembet ke berbagai sektor ekonomi, memperlambat laju pertumbuhan dan bahkan memicu resesi.

Di berbagai pasar dan pusat perbelanjaan, kondisi ini mulai terasa. Pedagang kecil yang dahulu bisa mengandalkan arus pembeli kini harus menghadapi kenyataan bahwa barang dagangan mereka tak banyak diminati meskipun harga telah ditekan semurah mungkin.

Seorang pedagang pakaian duduk termenung di antara dagangannya, matanya memandang kosong ke jalanan yang sepi. Diskon besar-besaran terpampang di depan kiosnya, namun pembeli tetap enggan datang. Ini bukan lagi sekadar masalah persaingan dagang, melainkan cerminan dari kesulitan ekonomi yang nyata: uang semakin sulit diperoleh, sementara kebutuhan hidup terus menekan.

Deflasi yang berkelanjutan sering kali terjadi karena permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa menurun drastis. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari stagnasi upah, meningkatnya pengangguran, hingga ketidakpastian ekonomi yang membuat orang lebih memilih menahan pengeluaran.

Ketika kelas pekerja yang selama ini menjadi motor utama konsumsi masyarakat tidak lagi memiliki daya beli yang cukup, siklus ekonomi pun terganggu. Produsen kesulitan menjual barang, pemasok mengalami penurunan permintaan, dan akhirnya sektor produksi pun melambat.

Fenomena ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan pelaku ekonomi. Berbagai kebijakan perlu segera diterapkan untuk meningkatkan kembali daya beli masyarakat, seperti memberikan insentif langsung kepada kelas pekerja, menurunkan suku bunga untuk mendorong investasi, serta memastikan harga kebutuhan pokok tetap stabil. Program bantuan sosial juga harus lebih tepat sasaran agar mereka yang paling terdampak dapat bertahan di tengah kondisi sulit ini.

Namun, kebijakan ekonomi saja tidak cukup. Diperlukan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk menciptakan kembali kepercayaan dalam perekonomian.

Tanpa langkah-langkah strategis yang cepat dan tepat, deflasi ini bisa berlanjut lebih lama, menghambat pemulihan ekonomi, dan semakin memperburuk kesejahteraan masyarakat kelas pekerja yang sudah kesulitan.

Saat ini, banyak orang hanya bisa berharap agar situasi segera membaik. Namun, harapan saja tidak cukup. Diperlukan tindakan nyata untuk mengatasi krisis daya beli ini sebelum dampaknya semakin luas dan sulit dipulihkan. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Analisis Mendalam: Strategi, Kekuatan, dan Kelemahan Indonesia dan Australia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026

JAKARTAMU.COM | Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Timnas Indonesia dan Australia yang berlangsung pada 20 Maret 2025...

More Articles Like This