Sabtu, Februari 22, 2025
No menu items!

Di Bawah Pohon Rindang (19): Pemilihan dan Akhir dari Pertemanan

Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Matahari pagi itu terasa begitu cerah, namun di bawah pohon rindang, suasana hati ibu-ibu yang biasanya ceria kini dipenuhi ketegangan. Hari yang mereka tunggu-tunggu, hari pemilihan walikota, akhirnya tiba. Suami Lila dan suami Rani kini berhadapan langsung dalam pertarungan politik yang tidak hanya berpengaruh pada karier mereka, tetapi juga pada hubungan mereka dengan orang-orang di sekitar mereka, termasuk para ibu yang dulu begitu akrab.

Di antara ibu-ibu pengantar jemput anak sekolah, pilihan mereka terpecah menjadi dua kubu. Sebagian besar mendukung suami Lila, yang dianggap sebagai calon yang lebih mapan dan berpengalaman dalam dunia politik. Sementara yang lain, termasuk Rani, mengalihkan dukungan mereka pada suami Rani, yang meskipun lebih baru dalam dunia politik, dinilai lebih bersih dari korupsi dan punya visi yang lebih pro-rakyat. Ketegangan semakin meningkat, dan di bawah pohon rindang, tempat mereka biasa berkumpul, kini menjadi saksi bisu dari retaknya persahabatan yang telah lama terbina.

Lila duduk termenung di bangku panjang, memandangi kerumunan ibu-ibu yang sibuk berdiskusi tentang calon walikota. Tatapannya kosong, seolah kehilangan arah. Sebagian dari mereka yang dulu dekat dengannya kini tampak menjauh, memilih untuk mendukung suami Rani. Ada perasaan pahit yang menyelimuti hati Lila. Meskipun dia telah berusaha untuk tetap mendukung suami dalam pencalonannya, kenyataan bahwa ini telah mempengaruhi hubungan pribadinya dengan teman-teman membuatnya merasa sangat terisolasi.

“Aku tidak tahu lagi harus bagaimana,” kata Lila kepada Siska, yang duduk di sebelahnya. “Suamiku dan aku sudah terjebak dalam politik ini, dan kini bahkan teman-temanku mulai menjauh. Aku merasa kita semakin jauh, tidak hanya dengan mereka, tetapi juga dengan satu sama lain.”

Siska menatap Lila dengan penuh pengertian. “Kehidupan memang tidak selalu adil, Lila. Namun, apa yang lebih penting sekarang adalah bagaimana kamu menghadapi kenyataan ini. Terkadang, kita harus menghadapi kenyataan pahit untuk bisa tumbuh lebih kuat. Politik bisa merusak banyak hal, tetapi kita tidak boleh membiarkan itu merusak kita.”

Lila menarik napas panjang. “Aku hanya ingin semuanya kembali seperti dulu, saat kita semua masih bisa tertawa bersama di bawah pohon rindang ini.”

Sementara itu, Rani berdiri di sisi lain taman sekolah, bersama dengan ibu-ibu yang mendukung suaminya. Meskipun hatinya masih terasa berat, terutama karena proses perceraian yang tengah berlangsung, Rani merasa bahwa ini adalah saatnya untuk membuktikan bahwa pilihannya adalah yang terbaik untuk dirinya dan anak-anaknya. Namun, meskipun ia sudah siap untuk melangkah ke depan, ia tak bisa mengabaikan perasaan bahwa persahabatannya dengan Lila mungkin sudah tidak bisa diselamatkan.

“Aku ingin memilih berdasarkan apa yang terbaik untuk rakyat, bukan karena pertemanan,” kata Rani kepada Dina, yang berdiri di sampingnya. “Aku tidak bisa membiarkan semua itu menghalangi aku untuk mendukung suamiku, apalagi setelah semua yang terjadi.”

Dina menatapnya dengan mata yang penuh pengertian. “Aku tahu, Rani. Ini memang sulit. Tetapi kita harus belajar untuk memilih apa yang benar, bahkan jika itu berarti harus melepaskan orang-orang yang kita anggap sahabat.”

Rani mengangguk pelan. “Aku sadar, aku tak bisa terus menahan diri untuk menjaga hubungan yang sudah retak. Tetapi jika aku harus memilih antara pertemanan dan apa yang benar, aku akan memilih yang terakhir.”

Hari pemilihan akhirnya tiba. Ketegangan semakin memuncak, dan kedua kubu saling bertemu di depan tempat pemungutan suara. Masing-masing memiliki harapan dan ketakutan yang mendalam. Lila, meskipun terjebak dalam dunia politik suaminya, masih menyimpan harapan bahwa mereka bisa menang. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa kemenangan politik ini mungkin akan membawa lebih banyak keretakan dalam kehidupannya.

Sementara itu, Rani merasa lega karena dia bisa berdiri di atas pilihan yang dia percayai, meskipun ini juga berarti berpisah dengan banyak orang yang pernah ia anggap sahabat.

Ketika hasil pemilihan diumumkan, suami Lila kalah tipis dari suami Rani. Namun, kemenangan ini tidak serta merta membawa kebahagiaan. Di bawah pohon rindang, Lila dan Rani saling menatap, tahu bahwa persahabatan mereka tak akan pernah kembali seperti dulu. Politik telah mengubah semuanya.

Lila berusaha tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. “Aku harap kau bahagia dengan kemenangan suamimu, Rani. Aku memang harus menerima kenyataan ini.”

Rani menatap Lila dengan tatapan yang penuh penyesalan. “Aku tidak ingin ini merusak persahabatan kita, Lila. Tetapi, kadang-kadang kita harus memilih jalan kita masing-masing.”

Dina dan Siska, yang melihat pertemuan mereka, tahu bahwa ini adalah titik balik yang tak terhindarkan. Politik, ambisi, dan rahasia telah merusak ikatan yang dulu erat. Mereka bisa merasakan kesedihan yang menggelayuti hati keduanya.

Hari itu, di bawah pohon rindang, para ibu-ibu itu menyadari bahwa meskipun mereka telah melewati banyak hal bersama, hidup tetap mengajarkan mereka untuk membuat pilihan—termasuk memilih siapa yang akan tetap ada dalam hidup mereka, dan siapa yang harus pergi.

Meskipun hubungan mereka telah rusak oleh politik dan ambisi, ada satu hal yang mereka semua pelajari: persahabatan bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Ia tumbuh dari kepercayaan, bukan dari perbedaan pilihan. Namun, meski banyak yang berubah, mereka tahu bahwa hidup mereka akan terus berlanjut, dan mereka akan terus berjuang untuk kebahagiaan mereka masing-masing.

Di bawah pohon rindang, angin berhembus perlahan, membawa mereka untuk meresapi setiap detik yang telah mereka jalani—sebuah perjalanan yang mengajarkan tentang pengorbanan, keberanian, dan menerima kenyataan yang pahit. (Bersambung)

Silsilatu Riyadus Salihin untuk Anak Muslim: Panduan Hafalan Hadis dengan Ilustrasi Menarik

Spesifikasi Buku Judul: Silsilatu Riyadus Salihin untuk Anak MuslimPengarang: Dr. Ibrahim Al-‘AniPengarah & Penerbit: Dar Al-Mushaf Al-SyarifCetakan: Ke-1, Tahun 2022Ukuran:...

More Articles Like This