Oleh: Dwi Taufan Hidayat
PAGI itu, suasana di bawah pohon rendang terasa lebih hening dari biasanya. Ibu-ibu seperti biasanya berkumpul setelah mengantar anak-anak ke sekolah, namun ada ketegangan yang mengambang di udara. Lila, Dina, Rani, dan Siska duduk terpisah sedikit, seolah merasakan sesuatu yang tak terucapkan.
Siska mulai merasakan bahwa ada yang berubah di antara mereka. Lila yang selalu ceria, kini lebih sering mengalihkan pandangan. Dina, yang biasanya sangat gemar mengorek gosip, sepertinya lebih diam, tidak seperti biasanya. Rani, meski tampak tenang, jelas sekali bahwa wajahnya mencerminkan kekesalan dan kecemasan yang mendalam.
Dina, yang selalu ingin tahu lebih banyak, akhirnya tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ia mendekati Lila, mencoba berbicara dengan nada ringan, “Lila, kamu terlihat berbeda akhir-akhir ini. Ada apa? Ada yang mengganggu pikiranmu?”
Lila menghela napas panjang, lalu dengan suara serak menjawab, “Suami saya… Ada yang aneh. Dia sering pergi tanpa memberi alasan yang jelas. Dan yang lebih aneh lagi, saya merasa dia lebih sering berhubungan dengan Rani. Itu sangat mengganggu saya.”
Dina melirik Rani dengan tatapan tajam, menyadari adanya peluang untuk menggali lebih dalam. Ia mencoba menenangkan Lila dengan berkata, “Mungkin hanya perasaanmu saja. Kita semua tahu dia sangat sibuk dengan urusan politiknya.”
Namun, saat Dina meninggalkan percakapan itu dan kembali ke tempat duduknya, ia tak bisa menahan rasa penasaran. Dina diam-diam memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh. Ia mengikuti suami Lila beberapa kali, berharap dapat menemukan sesuatu yang membuktikan apa yang dirasakannya.
Ternyata, Dina menemukan sesuatu yang mencurigakan. Suami Lila, bersama dengan suami Rani, sering terlihat keluar dari gedung-gedung yang tak biasa mereka kunjungi. Lebih mencurigakan lagi, mereka selalu bertemu di tempat-tempat yang tidak pernah mereka sebutkan kepada istri mereka. Dina, yang tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, segera menyebarkan gosip ini ke ibu-ibu yang lain.
Siska, yang sangat bijaksana, mencoba meredakan ketegangan ini. “Dina, kita tidak bisa hanya mengandalkan gosip dan dugaan. Semua ini bisa merusak banyak hal. Kita harus bersikap hati-hati.”
Namun, kata-kata Siska tidak bisa menenangkan suasana. Ketegangan semakin memuncak di antara ibu-ibu tersebut. Lila, yang kini merasa terancam, mulai meragukan suaminya. Rani, yang telah lama merasa cemas tentang kesetiaan suaminya, mulai mempertanyakan apakah suaminya benar-benar terlibat dalam sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan bisnis.
Pagi itu, pohon rendang yang selalu menjadi saksi pertemuan mereka, kini seolah menjadi simbol ketegangan yang tengah melanda. Semua ibu-ibu yang biasa berbincang ringan di bawah pohon itu, kini terpecah dalam kebimbangan dan kecurigaan. Mereka masing-masing menyimpan rahasia, saling meragukan, dan ketidakpercayaan mulai merasuki persahabatan yang pernah mereka bangun.
Namun, satu hal yang jelas, konspirasi yang terjalin di balik layar kehidupan mereka tak akan pernah terungkap tanpa adanya pertemuan rahasia yang lebih dalam. (bersambung)