Selasa, Maret 18, 2025
No menu items!
spot_img

Dinasti Hinduja: Kisah Keluarga Tajir Bernilai USD15 Miliar di Tengah Sengketa

'Fab four': Terikat oleh darah, didorong oleh ambisi, dibentengi oleh keberanian.

spot_img
Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id. dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah FORUM KEADILAN.

JAKARTAMU.COM | Keluarga Hinduja merupakan salah satu keluarga terkaya di dunia, kekayaan besar mereka terjalin dalam jalinan industri global.

Inti dari kerajaan mereka adalah Hinduja Group, konglomerat raksasa yang kepemilikannya terbatas, yang sudah berdiri lebih dari satu abad.

Pusat Kekuatan Bisnis

Apa yang dimulai sebagai usaha perdagangan sederhana telah berubah menjadi perusahaan multinasional yang kuat, dengan saham di bidang keuangan, media, dan perawatan kesehatan di hampir 40 negara.

Kekayaan mereka sangat mencengangkan — diperkirakan mencapai USD15 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index . Namun, di balik angka-angka tersebut, kekuatan sesungguhnya di balik kerajaan bisnis ini adalah kuartet saudara kandung yang legendaris: “Fab Four” dalam bisnis global.

Terikat oleh darah, didorong oleh ambisi, dan dibentengi oleh visi yang tak tergoyahkan, saudara-saudara Hinduja telah menaklukkan berbagai industri dan benua, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di dunia perdagangan.

Namun seiring berjalannya waktu, kompleksitasnya pun tak terelakkan, bahkan ikatan kekeluargaan yang paling kuat pun diuji.

Berawal dari yang Sederhana, Mendominasi Dunia

Kisah kerajaan Hinduja dimulai pada tahun 1914 dengan Parmanand Deepchand Hinduja, seorang pengusaha visioner dari Shikarpur (yang saat itu merupakan bagian dari India yang belum terbagi, sekarang di Pakistan). Apa yang dimulai sebagai bisnis perdagangan komoditas sederhana segera berkembang menjadi usaha lintas batas, yang mencakup Mumbai dan Iran, yang bergerak dalam bidang karpet, kunyit, tekstil, teh, dan rempah-rempah.

Vijith Pulikkal/Gulf News

Pada tahun 1919, Parmanand telah membangun kehadiran yang signifikan di Iran, meletakkan landasan bagi bisnis yang suatu hari akan membentuk industri di seluruh dunia.

Namun kerajaan tidak dibangun tanpa adanya ujian.

Ketika Parmanand meninggal dunia pada tahun 1971, keempat putranya — Srichand (SP), Gopichand (GP), Prakash (PP), dan Ashok (AP) — menggantikan posisinya.

Dengan ketajaman bisnis dan ambisi yang tak kenal lelah, mereka menavigasi pergolakan geopolitik, termasuk Revolusi Islam 1979 di Iran, yang memaksa mereka untuk memindahkan kantor pusat mereka ke London.

Pergeseran strategis ini menandai dimulainya diversifikasi global mereka, memposisikan Hinduja Group sebagai raksasa di berbagai industri.

Akuisisi Strategis, Usaha yang Berani

Naiknya Hinduja Group ke tampuk kekuasaan bukanlah suatu kebetulan. Setiap akuisisi diperhitungkan, setiap langkahnya tepat:

  • Gulf Oil International Ltd (1984): Terjunnya Hinduja ke sektor minyak dan gas memperkuat pengaruh mereka di pasar energi global.
  • Ashok Leyland (1987): Dengan mengakuisisi Land Rover Leyland International Holdings (Inggris), kedua bersaudara itu mengamankan posisi kuat mereka di industri otomotif, mendefinisikan ulang transportasi di India dan sekitarnya.
  • IndusInd Bank (1993): Keyakinan mereka yang mendalam terhadap masa depan ekonomi India terwujud dalam peluncuran IndusInd Bank, momen penting dalam sektor keuangan negara tersebut.

Maju cepat ke tahun-tahun terakhir, dan perluasan grup tersebut justru semakin cepat.

Pada bulan November 2023, Bank Sentral India menyetujui tawaran mereka untuk mengakuisisi Reliance Capital melalui IndusInd International Holdings Ltd (IIHL), yang memperkuat cengkeraman mereka pada layanan keuangan.

IIHL juga menjalin kemitraan dengan Invesco Ltd untuk mengakuisisi 60 persen saham di Invesco Asset Management India Ltd — bukti lain dari upaya gigih mereka untuk mencapai pertumbuhan.

Perselisihan Keluarga, Perebutan Suksesi

Selama puluhan tahun, saudara-saudara Hinduja merupakan kekuatan yang tidak dapat dipatahkan, persatuan mereka sama kuatnya dengan kekayaan mereka. Namun, istana-istana yang paling megah pun mengalami keretakan.

Pada tahun 2020, sepucuk surat yang ditandatangani keempat bersaudara Hinduja menjadi pusat sengketa hukum mengenai masa depan kekayaan keluarga yang bernilai miliaran dolar.

Dokumen tahun 2014 mengatakan bahwa aset yang dimiliki oleh satu saudara adalah milik semua orang, dan bahwa setiap orang akan menunjuk orang lain sebagai pelaksana wasiat mereka.

Namun Srichand Hinduja, 84, kepala keluarga, dan putrinya, Vinoo, ingin surat itu dinyatakan “tidak berharga”.

Perselisihan antara keluarga yang tinggal di Inggris itu terungkap dalam putusan yang disampaikan pada bulan Juni 2020 oleh seorang hakim London, yang mengatakan bahwa tiga bersaudara lainnya, Gopichand, Prakash dan Ashok, mencoba menggunakan surat itu untuk mengambil alih Hinduja Bank – aset yang hanya atas nama Srichand.

Gopichand P. Hinduja

Sengketa atas Aset

Srichand dan Vinoo ingin pengadilan memutuskan bahwa surat tersebut seharusnya “tidak memiliki dampak hukum” dan tidak dapat digunakan sebagai surat wasiat, kata hakim.

Ia mengatakan Srichand telah bersikeras sejak tahun 2016 bahwa surat bulan Juli tersebut tidak mencerminkan keinginannya dan bahwa aset keluarga harus dipisahkan, Bloomberg melaporkan.

Dalam sebuah pernyataan, ketiga bersaudara itu mengatakan bahwa gugatan tersebut tidak akan berdampak pada bisnis mereka dan bahwa proses hukum tersebut “bertentangan dengan nilai-nilai pendiri dan keluarga kami.”

Mereka mengatakan prinsip-prinsip ini telah berlaku selama beberapa dekade, terutama gagasan bahwa “semuanya adalah milik semua orang dan tidak ada yang menjadi milik siapa pun.”

“Kami bermaksud mempertahankan klaim untuk menegakkan nilai-nilai keluarga yang kami junjung tinggi ini,” kata ketiga bersaudara itu dalam email.

Perselisihan tersebut mengungkap pertikaian yang lebih mendalam—perbedaan visi tentang kekayaan, kekuasaan, dan masa depan dinasti.

“Kelompok kami, yang berusia lebih dari 108 tahun, telah melihat dan mengatasi berbagai siklus resesi dengan sukses,” kata Gopichand Hinduja. (Bloomberg)

Filantropi: Warisan yang Melampaui Dunia Bisnis

Selain ruang rapat dan transaksi bernilai miliaran dolar, keluarga Hinduja telah lama memperjuangkan filantropi. Perayaan Diwali mereka di London sangat legendaris, mengundang pejabat tinggi, duta besar, dan selebritas—sebuah pertunjukan luar biasa dari komitmen mereka terhadap integrasi budaya dan keterlibatan masyarakat.

Kedermawanan mereka tidak hanya terbatas pada perayaan. Pada bulan Desember 2023, keluarga tersebut memberikan sumbangan yang cukup besar kepada ‘Zarach,’ sebuah badan amal di Inggris yang memerangi kemiskinan di tempat tidur. Tindakan baik hati ini menggarisbawahi dedikasi mereka yang tak tergoyahkan terhadap tujuan sosial, membuktikan bahwa pengaruh mereka jauh melampaui perdagangan.

Kemewahan dan Kemegahan: Gaya Hidup Hinduja

Dari perumahan mewah hingga mahakarya arsitektur, nama Hinduja identik dengan kemewahan. Rumah besar mereka seluas 67.000 kaki persegi di Carlton House Terrace — salah satu tempat tinggal pribadi paling mewah di London — berdiri sebagai simbol status mereka.

Pada bulan September 2023, mereka meresmikan Hotel Raffles di Old War Office di London, sebuah proyek ambisius yang menggabungkan warisan dengan kemewahan.

Pembukaan besarnya merupakan tontonan yang penuh kekuatan dan prestise, dihadiri oleh para pemimpin dunia, tokoh industri, dan kaum elit Hollywood—penghormatan yang pantas bagi sebuah keluarga yang telah menguasai seni memadukan tradisi dengan modernitas.

Prakash Hinduja menyoroti komitmen Hinduja Group terhadap tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sebagai pelopor dalam filantropi perusahaan

Masa Depan: Sebuah Dinasti di Persimpangan Jalan

Perjalanan Hinduja — dari perusahaan dagang sederhana menjadi pusat kekuatan global — melambangkan ketahanan, kemampuan beradaptasi, dan semangat kewirausahaan yang pantang menyerah.

Namun, meninggalnya SP pada tahun 2023, memperumit dinamika keluarga yang sudah rapuh.

Saat kedua bersaudara itu menavigasi perencanaan suksesi dan pemerintahan, pertanyaan yang muncul tetap: akankah kerajaan yang mereka bangun bersama mampu bertahan dalam ujian waktu?

Satu pertanyaan yang masih tersisa: dapatkah mereka mempertahankan persatuan yang pernah mendefinisikan mereka?

Meskipun ada ketidakpastian, dampaknya terhadap industri global tetap tidak dapat disangkal. Apakah warisan mereka akan menjadi kekuatan yang bertahan lama atau benturan ambisi, dunia menyaksikan kekaisaran Hinduja menulis babak selanjutnya. (*)

spot_img

Ramadan Berdarah di Gaza: Serangan di Kamp Al-Mawasi dan Derita Pengungsi

JAKARTAMU.COM | Kamp pengungsian Al-Mawasi di Khan Younis, Gaza, baru-baru ini mengalami serangan udara yang menghancurkan tenda-tenda pengungsi, menyebabkan...

More Articles Like This