Kamis, Januari 30, 2025
No menu items!

Doa di Pagi Kamis dan 2 Puisi Dwi Taufan Hidayat

Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Doa di Pagi Kamis

Di ufuk timur mentari merekah,
Mengusir gulita, menebar berkah.
Alhamdulillah, syukur terucap,
Nikmat Ilahi tak pernah lenyap.

Ya Allah, Sang Pemilik Waktu,
Limpahkan rahmat, tuntun langkahku.
Barakah umur, sehat nan kuat,
Dalam ridha-Mu, hidup terikat.

Bagi yang sakit, Engkau penyembuh,
Luka dan duka, Engkau yang peluh.
Doa kami, semoga terijabah,
Harapan menggema di langit cerah.

Kamis pagi, semangat menyala,
Bekerja, berjuang, penuh makna.
Sehat, sejahtera, bahagia selalu,
Dalam lindungan-Mu, hati bersatu.

Aamiin ya Rabb, kabulkan pinta,
Bimbing langkah di setiap detik-Nya.
Dalam syukur, kami melangkah,
Menggapai ridha, menuju jannah.

Seruan Sang Waktu

Saat fajar bangkit mengusir kelam,
datang seruan lirih mendalam.
“Wahai insan, bangun dan sadar,
akulah waktu, saksi yang benar.”

Aku terbit membawa cahaya,
menghitung jejak, menulis cerita.
Setiap detik yang kau jalani,
akan kupahat dalam abadi.

Jika kau isi dengan kebajikan,
aku kan jadi teman kesaksian.
Namun jika lalai, engkau terlena,
akulah hukuman yang menyengat dada.

Berbekallah sebelum senja,
sebelum langkah tiada sisa.
Karena bila aku telah berlalu,
takkan kembali, takkan menunggu.

Sedekah Tanpa Harapan

Dalam sepi senja yang membisu,
Hatiku teringat pada sebuah janji—
Janji yang kukerjakan tanpa kata,
Untuk memberi, tanpa menuntut kembali.

Namun ada kalanya, dalam hati yang rapuh,
Tumbuh benih harap yang tak tampak—
Mengharap pujian, atau mungkin balasan,
Dari pemberian yang seharusnya ikhlas.

Kau datang padaku, mengingatkan tentang yang pernah kulakukan—
Sedekah yang kuanggap ringan,
Tapi kini jadi beban, sebuah transaksi.

Kau ungkit pemberianku,
Seolah itu hutang yang harus terbayar,
Padahal seharusnya, pemberian itu
Adalah titipan untuk-Nya, tanpa pamrih.

Wahai hati, kenapa engkau terjerat?
Sedekah yang tulus, kini tersakiti,
Mengharap balasan yang tak pernah ada,
Karena ikhlas, sejatinya, tak mengenal balas.

Allah telah mengingatkan,
Dalam setiap firman yang kudengar:
“Jangan biarkan pahala itu lenyap,
Dengan menyebut, mengungkit, menyakiti.”

Namun aku, di sini, terhenti sejenak—
Mencari pengakuan dalam pemberian,
Padahal, yang sejati adalah memberi tanpa bekas.

Kini aku belajar,
Sedekah adalah cinta yang tanpa syarat,
Tanpa harap, tanpa embel-embel,
Cukuplah Allah yang tahu.

Maka aku titipkan harta ini,
Bukan untuk dunia,
Tapi untuk akhirat,
Dengan tangan terbuka dan hati yang lapang.

Semoga aku bisa memberi,
Bukan dengan rasa ingin dibayar,
Melainkan dengan kesadaran,
Bahwa yang memberi adalah Allah, yang menerima pun Dia.

Jadikanlah pemberian itu,
Sebagai cara kita mendekat,
Menjadi hamba yang sejati,
Bersedekah tanpa harap, hanya untuk-Nya.

Berikut Ini yang Masuk Kategori Melalaikan Salat

JAKARTAMU.COM | Melalaikan salat merupakan perbuatan yang mendapatkan ancaman serius dalam Islam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah...

More Articles Like This