JAKARTAMU.COM | Sedikitnya lima anak dilaporkan tewas dalam serangan drone di jalanan ramai Gaza City, Senin (28/4/2025). Serangan tersebut menargetkan sekitar Masjid Al-Barakah di Beit Lahia, utara Jalur Gaza, Kota Gaza, dan Khan Yunis. Total 44 orang meninggal pada serangan hari itu, termasuk anak-anak dan perempuan. Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat mengingat masih banyaknya warga yang tertimbun reruntuhan bangunan.
Menurut koresponden WAFA, delapan orang tewas dalam serangan di dekat Bundaran Abu Mazen dan dekat Persimpangan Al-Ghafri di Kota Gaza. Di saat yang hampir bersamaan, serangan udara Israel yang menargetkan sekelompok warga di dekat Masjid Al-Shafi’i menewaskan sejumlah orang.
Seorang warga sipil tewas dalam serangan artileri di dekat Masjid Al-Barakah di Beit Lahia, sementara beberapa lainnya tewas dan terluka dalam serangan udara Israel terhadap tenda yang menampung pengungsi di sebelah barat Kota Gaza.
Pesawat tempur Israel juga melakukan dua serangan udara yang menargetkan bagian timur lingkungan Al-Tuffah di sebelah timur Kota Gaza.
Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui angka korban tewas menjadi lebih dari 61.700 jiwa sejak 18 bulan lalu, sedangkan 117.792 lainnya mengalami luka-luka.
Di tengah tragedi kemanusiaan ini, perwakilan Palestina di Pengadilan Internasional (ICJ) menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai “senjata perang”. Tuduhan ini muncul di tengah krisis kelaparan massal yang melanda Gaza akibat blokade Israel. Menteri Luar Negeri Israel mengecam sidang ICJ yang berfokus pada kewajiban kemanusiaan Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
Sementara itu, media yang berafiliasi dengan Houthi melaporkan serangan udara AS terhadap pusat penahanan yang menampung migran Afrika di Saada utara, Yaman. Serangan tersebut mengakibatkan sedikitnya 68 orang tewas dan 47 lainnya luka-luka.
Dua tragedi kemanusiaan dalam satu hari, Gaza dan Yaman menjadi saksi bisu betapa murahnya nyawa manusia di mata para agresor. Konflik berdarah ini terus menari di atas penderitaan dan air mata, menuntut bukan sekadar seruan, namun tindakan nyata untuk menghentikan kegilaan ini. Sampai kapan dunia akan terus menyaksikan kekejian ini tanpa berbuat apa-apa?
Diolah dari berbagai sumber