JAKARTAMU.COM | Eugene Burkins lahir pada tahun 1876 di St. Louis, Missouri. Dengan pendidikan formal yang terbatas, ia bekerja sebagai penyemir sepatu di Chicago. Meskipun tidak memiliki pengalaman militer atau pengetahuan mendalam tentang senjata api, Burkins memiliki ketertarikan kuat terhadap mekanisme senjata.
Inspirasi datang ketika ia melihat gambar senjata di kapal perang USS Maine dalam sebuah surat kabar. Dengan hanya berbekal pisau saku, Burkins membuat model awal dari senapan mesin otomatis yang kemudian dikenal sebagai “Burkins Automatic Machine Gun”. Pada 15 Mei 1900, pada usia 24 tahun, ia berhasil mematenkan desainnya dengan nomor paten 649,433.
Senapan mesin ciptaannya memiliki kemampuan menembak tujuh kali lebih cepat dibandingkan Gatling Gun yang populer saat itu. Laksamana George Dewey bahkan memuji senjata ini sebagai “senapan mesin terbaik yang pernah dibuat”. Namun, meskipun kinerjanya unggul, Burkins menghadapi kesulitan dalam menjual karyanya. Beberapa negara asing menawarkan sejumlah uang besar untuk hak produksi, tetapi Burkins dan rekan-rekannya memilih untuk mempertahankan kontrol atas penemuan tersebut.
Sayangnya, karena diskriminasi rasial yang kuat pada masa itu, kontribusi Burkins tidak mendapatkan pengakuan yang layak. Setelah gagal memasarkan senjatanya, ia beralih profesi dan mengelola sebuah restoran di Chicago. Akhirnya, Burkins meninggal dalam keadaan miskin di Detroit pada tahun 1929.
Kisah Eugene Burkins adalah contoh nyata bagaimana prasangka rasial dapat menghalangi pengakuan terhadap inovasi dan kontribusi individu berbakat. Meskipun karyanya tidak diakui pada masanya, penting bagi kita untuk mengenang dan menghargai warisan penemu seperti Burkins yang telah memberikan sumbangsih berarti bagi perkembangan teknologi militer. (Dwi Taufan Hidayat)
Untuk memahami lebih lanjut tentang kontribusi Eugene Burkins, Anda dapat menonton video berikut: