BABAH Liem, Aji Yusuf dan kelompoknya ternyata bersekutu secara rahasia dengan Gusti Ratu Aisah dalam memperjuangkan cita-cita Dipati Unus dalam pembangunan galangan kapal.
Diagendakan, bahwa kapal-kapala yang dibuat di pantai Jepara kelak akan digunakan menggempur Portugis di Malaka.
Dua orang pelaut armada Portugis yang ditangkap Babah Liem di Semarang akan diserahkan di Jepara.
Kisah beralih dari Semarang ke Jepara dengan tokohnya Gusti Ratu Aisah.
Babah Liem beserta rombongan kecil – termasuk tangkapannya itu – bakdal Isya’, di awal Jum’at berangkat menemui junjungan yang tak lain adalah Ibu Kandung Dipati Unus: Gusti Ratu Aisah.
Kebetulan pembangunan masjid di Jepara, baik konstruksi maupun finishingnya dikerjakan oleh para tukang di bawah koordinasi Babah Liem.
Di serambi masjid yang belum selesai pembangunannya, Gusti Ratu Aisah menanti kedatangan Babah Liem…di sayap kiri masjid.
Awan putih tipis berarakan dikeremangan cahaya bulan yang mulai pudar ditanggal 20 hijriah. Lampu serambi masjid sebagian telah dipadamkan. Termasuk di sayap kiri masjid, tampak cahaya temaram lampu minyak kelapa melambai ditiup angin pantai Jepara.
Malam Jum’at ini, direncanakan akan berlangsung diskusi dan pernyataan politik terkait dengan pernyataan Sultan Trenggono yang kian lantang.
Sultan Trenggono lebih akan memperkuat Angkatan Darat, khususnya kavaleri (pasukan berkuda) sementara Liem Mo Han dengan jaringan Nan Lung (Naga Selatan) dan di bawah perlindungan Gusti Ratu Aisah, ingin meneruskan ekspedisi militer ke Malaka dengan membangun kekuatan Angkatan Lautnya.
Gusti Ratu Aisah: Assalamu’alaikum, Babah Liem. Apa kabar Semarang dan kawan-kawan di sana?
Babah Liem: Wa’alaikumsalam, Gusti Ratu Aisah, ibunda dari pujaanku Sang Dipati Unus. Saya dan teman-teman Semarang sehat wal Afiat, baik-baik saja dan menyampaikan salam hormat bagi ibundaku, Gusti Ratu.
Gusti Ratu Aisah: Sama-sama, Babah Liem. Sebagaimana telah kamu ketahui, bahwa seorang raja di Jawa pasca keruntuhan Majapahit yang kuat dalam prinsip perjuangan dan terhormat perilakunya adalah Adipati Unus yang juga disebut Pangeran Sabrang Lor.
Lihatlah, kalian telah menyaksikan siapa yang berani menyerbu Portugis ke Malaka di seberang lautan.
Namun saya kini memprihatinkan, adiknya Dipati Unus sendiri justru tak lagi berminat. Sultan Trenggono tidak ingin menyerang, melainkan hanya akan menghalau Portugis bila berani menyentuh pantai di Pulau Jawa.
Sepertinya, Allah belum mengizinkannya kita kembali menyerang Portugis di semenanjung Malaka.
Babah Liem: Aamiin….Gusti Ratu. Semoga arwahnya mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan.
Semoga kita mampu melanjutkan perjuangannya. Sesungguhnya Dipati Unus tidak pernah kalah. Beliau telah mewariskan pertempuran di Malaka.
Oleh karena itu, siapapun raja yang tidak pernah kalah, tidak pernah gagal, dan tidak berpandangan seperti Dipati Unus, maka dia telah kalah sebelum melangkah menghadapi Portugis itu sendiri.
Gusti Ratu Aisah: Begini Babah Liem…..sebenarnya, saya tetap meyakini bahwa Portugis bisa dikalahkan.
Syaratnya adalah semua raja di Jawa, Samudera Pasai di Aceh, Sulawesi, Kalimantan, Nusantara Tenggara sampai Ternate dan Tidore harus bersatu dalam tekad mengalahkan Portugis di Malaka.
Sebaliknya jika malah bercerai dan hanya mementingkan diri sendiri atau bahkan ingin saling menguasai, maka selain satu per satu akan runtuh, maka Portugis dan Negara Atas Angin lainnya yang justru akan memenangi peperangan. Terjadilah penjajahan atas seluruh Kerajaan Islam di Nusantara.
Babah Liem: Masya Allah…. Kata-kata Gusti Ratu mudah-mudahan akan terdengar sampai Demak.
Saya berani menduga, bahwa Portugis telah menimbang dan mengukur Trenggono. Mereka telah sampai kesimpulan: Trenggono itu bukan Pati Unus.
Jangan-jangan Demak hanya berpikir akan menguasai Jawa saja dan menunggu Portugis di Jawa.
Saya dan teman-teman di Jepara, Tuban dan Semarang tidak boleh membiarkannya.
Gusti Ratu Aisah: Nah, kalau begitu ayo segera upayakan persatuan. Kita ingatkan Sultan Trenggono, termasuk mengamati dan mewaspadai pembangunan pasukan kavaleri.
Babah Liem: Kami semua mendukung Gusti Ratu. Tak sejengkal-pun kami akan bergeser dari cita-cita Dipati Unus untuk mengusir Portugis dari Malaka.
Kita tahu, …Portugis itu negeri jauh di atas angin yang membenci dan memusuhi saudara kami kaum muslimin dan kerajaan-kerajaan Islam Nusantara.
Portugis pula yang mengganggu perdagangan kami ke dan di Maluku serta perairannya.
Kenapa banyak kapal dagang kami ditenggelamkan, dengan atau tanpa pembajakan sebelumnya.
Gusti Ratu, saya harus dan penting untuk dilaporkan bahwa Portugis akhir-akhir ini telah sedang membangun pangkalan laut di Sulawesi Utara. Perairan mulai dari Manado terus ke Utara juga hendak dirajainya.
Gusti Ratu Aisah: Waaah….ini sudah serius. Berarti Portugis akan mengepung dan membinasakan siapa Babah Liem..?
Babah Liem: Ya….Portugis bertekad akan mengepung para pejuang Muskin yang melarikan diri dari Teluk Persia dan Andalusia ke Nusantara ini.
Bahkan perairan Tiongkok Selatan sudah mulai digerayangi oleh selain Portugis, juga Spanyol yang datang dari Pasifik.
Apa kita akan membiarkannya, dua bangsa celaka itu akan mencelakakan kita.
Hampir dua jam berlangsung pertemuan “semi rahasia” itu, tampaknya belum berakhir. Angin pantai mulai semilir meningkat kecepatannya. Langit kian terang….dan harapan semakin menggumpal penuh harapan.
(bersambung)