Rabu, Februari 26, 2025
No menu items!

Fatahillah Sang Pemenang (9): Sultan Trenggono Perintahkan Serang Portugis

Must Read

BAKDA isya Demak hening kembali. Alun-alun di depan Masjid Demak kian lengang. Namun ruang kanan masjid menampakkan kesibukan dalam senyap. Dua orang duduk saling berhadapan. Para pejabat lain dan ajudan sultan, hadir di bagian kiri masjid.

Sultan Trenggono: Saudaraku muda Fatahillah, terima kasih atas kedatanganmu di Demak.

Alhamdulillah, kita dipertemukan dalam silaturrahiem ini oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Senang rasanya, saya memperoleh teman seiring, sepadan. Insyaallah Allah kita mau dan mampu bekerja sama.

Fatahillah: Saudaraku tua yang saya hormati dan muliakan, Adipati Kerajaan Islam Demak Sulan Trenggono, Alhamdulillah atas hidayah dan inayah-Nya, saya mampu menghadap Sultan.

Semakin jelas bahwa kita perlu bekerjasama dan satu garis komando untuk melawan kafir Portugis yang jelas memerangi Islam dan memusuhi umatnya. Kita usahakan melawan perluasan dan penguasaan perdagangan rempah-rempah mereka yang meluas dan penyebaran ajaran   agama negara atas angin itu.

Sultan Trenggono: Begini Adindaku. Saya kok tambah khawatir jika akan terjadi perpecahan sesama komponen Angkatan Bersenjata Demak.

Khususnya yang terjadi antara pasukan khusus berkuda berhadapan dengan Angkatan Laut yang lengkap dengan persenjataan dan galangan kapal di Jepara itu.

Selain itu, saya sebagai adik kandung Kanjeng  Adipati Unus almarhum yang selalu dibela oleh Gusti Ratu, ibundaku sendiri. Komunikasi kami terganggu dan sulit berkomunikasi dengan ibundaku….yang saya tahu masih berpengaruh di Demak ini

Saya ingin tambahkan, bahwa Demak menghendaki kekuasaan tak terbatas atas seluruh Jawa – dari Banten di sebelah barat hingga Blambangan atau Banyuwangi di sebelah timur – ketimbang menyerang sebagai balas dendam kepada Portugis.

(kontan Fatahillah beringsut duduk dan menegakkan kepala)

Fatahillah: Maaf beribu maaf di hadapan Paduka Sultan Trenggono…..

Perkenankan, dari  saya tentang kedua hal tersebut  yang seakan-akan bertentangan, yakni diantara menyerang Portugis dan menegakkan kekuasaan Demak di Jawa ini, insha Allah bisa dilakukan serentak  bersamaan.

Data intelijen menunjukkan bahwa Portugis mulai berusaha untuk berkoalisi dengan penguasa Banten dan Raja Pakuan yang membawahi Bandar Sunda Kelapa.

Bahkan mereka telah membuat perjanjian kerjasama dagangdan menghambat Islamisasi di bagian barat Jawa.

Prasasti pun telah dipancangkan di muara Ciliwung, kasab Tugu tempat domisili keturunan Portugis. Berpusat di Bandar Sunda Kelapa.

Sultan Trenggono: O…oh..ya, ya. Kalau begitu, segera integrasikan. Menurut adinda, bagaimana menyatukan langkah Angkatan Darat dan Laut ini ?

Fatahillah: Sepertinya, tidak akan sesulit yang kita bayangkan, Baginda Sultan.

Persaingan antara pasukan laut dan darat, insyaallah semoga bisa saya atasi dengan menjaga keutuhan dan kedaulatan Kasultanan Demak.

Kedua Matra kekuatan militer kita kita usahakan satu komando atas restu Sultan.

Berbekal pengalaman peperangan di laut dan darat ketika Samudera Pasai berkolaborasi dengan Demak menghadapi Portugis di Malaka, memberikan pelajaran berharga bagi upaya penyatuan dua kekuatan militer ini.

Seperti perkenalan dan koordinasi kami dengan Senopati Wiranggaleng, Komandan Satuan Tempur dari Kadipaten Tuban di Malaka bersama Demak Samudera Pasai dan Johor yang akan kami koordinasikan kembali.

Tegasnya, sekiranya Kanjeng Sultan Trenggono memberikan kepercayaan, biarlah semua itu hamba yang mengurusnya.

Sultan Trenggono: Jalankan !! Saya mempercayaimu. Bismilllahirrohmanirrohiem, berjuang untuk kejayaan Demak dan Islam. Allahu Akbar.

(Seraya memeluk erat Fatahillah dan menyalaminya, Sultan Trenggono yang gelisah ini menumpahkan kepercayaan kepada pemuda perkasa, cerdas lagi tampan ini. Konon, Fatahillah kemudian dinikahkan dengan salah adik Sultan Trenggono).

Pertemuan masjid ditutup menjelang tengah malam. Seiring dengan itu tak membuang waktu Fatahillah menyiapkan strategi bersama gugus intinya.

Bakda subuh keesokan hari, Fatahillah berangkat ke Jepara menemui Gusti Ratu Aisah, Babah Liem dan kawan-kawannya yang selalu mengkritisi kekuasaan Sultan Trenggono. Dia bermaksud untuk melupakan perseteruan internal Demak, dengan memfokuskan menyerang Portugis di bagian barat Jawa yang akan diduduki Portugis dari Malaka.

Segera juga digelar Operasi Sandi Yudha dengan koordinator Muhammad Firman alias Pada, teman lama  Komandan Intelijen Tuban Wiranggaleng yang kini terlanjur telah beroperasi di Trengganu Malaka.

Diperoleh informasi, bahwa Muhammad Firman dibekali sepucuk surat dan dokumentasi pendukung dari Gusti Ratu Aisah untuk disampaikan kepada Wiranggaleng, melalui gerakan ke Banten dan Pakuan terlebih dulu.

———-

Bagaimana akhir cerita ini? Nantikan edisi terakhir Fatahillah Sang Pemenang.

TK Aisyiyah 17 Arcawinangun Salurkan Bantuan ke Panti Asuhan

PURWOKERTO, JAKARTAMU.COM | TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 17 Arcawinangun kembali menggelar kegiatan sosial tahunan dengan mengunjungi panti...

More Articles Like This