JAKARTAMU.COM | Dalam sejarahnya yang panjang, Muhammadiyah telah membuktikan perkhidmatannya melalui peran penting tokoh-tokoh dan organisasi dalam mentransformasi kesadaran kesukuan menjadi kesadaran kebangsaan, mencerdaskan kehidupan masyarakat, meletakkan landasan negara, dan dalam memajukan bangsa dan negara.
Peran Muhammadiyah dalam membangun bangsa melalui berbagai bidang kehidupan, baik pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, ekonomi, ipteks, politik dan hukum, maupun kesadaran kebangsaan yang bersatu dan berdaulat. Muhammadiyah juga menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai pilar kemajuan bangsa.
Berikut ini Fathul Qulub Panduan Praktis Ideologi Politik dan Organisasi (Ideopolitor) “Perkhidmatan Islam Berkemajuan” Tadarus III perihal “Cinta Tanah Air dan Memajukan Bangsa” yang diterbitkan Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2025.
BACA JUGA: Fathul Qulub Ideopolitor, Tadarus IV: Kewajiban Menjaga Lingkungan
- Al-Quran Surat At-Taubah ayat 122
۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَࣖ ١٢٢
wa mâ kânal-mu’minûna liyanfirû kâffah, falau lâ nafara ming kulli firqatim min-hum thâ’ifatul liyatafaqqahû fid-dîni wa liyundzirû qaumahum idzâ raja‘û ilaihim la‘allahum yaḫdzarûn
Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.
- Al-Quran Surat Al-Hujarat Ayat 13
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
yâ ayyuhan-nâsu innâ khalaqnâkum min dzakariw wa untsâ wa ja‘alnâkum syu‘ûbaw wa qabâ’ila lita‘ârafû, inna akramakum ‘indallâhi atqâkum, innallâha ‘alîmun khabîr
Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.
BACA JUGA: Fathul Qulub Ideopolitor, Tadarus V: Kewajiban Pemimpin Menyiapkan Generasi yang Tangguh
- Al-Quran Surat Saba Ayat 15
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌۚ جَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ ١٥
laqad kâna lisaba’in fî maskanihim âyah, jannatâni ‘ay yamîniw wa syimâl, kulû mir rizqi rabbikum wasykurû lah, baldatun thayyibatuw wa rabbun ghafûr
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.
- Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 126
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ ١٢٦
wa idz qâla ibrâhîmu rabbij‘al hâdzâ baladan âminaw warzuq ahlahû minats-tsamarâti man âmana min-hum billâhi wal-yaumil-âkhir, qâla wa mang kafara fa umatti‘uhû qalîlan tsumma adltharruhû ilâ ‘adzâbin-nâr, wa bi’sal-mashîr
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”.
- Al-Quran Surat Yusuf ayat 54-56
وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖٓ اَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِيْۚ فَلَمَّا كَلَّمَهٗ قَالَ اِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ اَمِيْنٌ ٥٤
wa qâlal-maliku’tûnî bihî astakhlish-hu linafsî, fa lammâ kallamahû qâla innakal-yauma ladainâ makînun amîn
Artinya: Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku”. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”.
قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ ٥٥
qâlaj‘alnî ‘alâ khazâ’inil-ardl, innî ḫafîdhun ‘alîm
Artinya: Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.”
وَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِ يَتَبَوَّاُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاۤءُۗ نُصِيْبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَّشَاۤءُ وَلَا نُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ ٥٦
wa kadzâlika makkannâ liyûsufa fil-ardli yatabawwa’u min-hâ ḫaitsu yasyâ’, nushîbu biraḫmatinâ man nasyâ’u wa lâ nudlî‘u ajral-muḫsinîn
Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (*)