Rabu, Maret 5, 2025
No menu items!

Forza Gamawijaya (12): Jebakan di Malam Purnama

Must Read


Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Malam purnama menggantung di langit, memancarkan cahaya keperakan yang menyusup di antara rimbunnya pepohonan hutan Ambal. Angin malam berembus pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang luruh. Di tengah kesunyian itu, Gamawijaya duduk bersila di dalam goa, memejamkan mata sambil mengatur napasnya yang masih berat.

Tubuhnya penuh luka, tetapi pikirannya tetap tajam. Ia tahu pengejarnya semakin dekat. Tak mungkin ia terus bersembunyi tanpa rencana.

Ia menarik napas dalam, lalu membuka matanya. “Aku harus bertahan, atau mati sebagai pejuang.”

Di kejauhan, pasukan Mangunprawira terus menyisir hutan. Mereka membawa obor, tombak, dan senjata api. Beberapa anjing pelacak menggonggong, mencium jejak darah di tanah.

Mangunprawira berjalan di depan, tatapannya tajam menelisik kegelapan. “Gamawijaya, kau bisa bersembunyi, tapi tidak bisa lari selamanya,” gumamnya.

Kapten Van Hoorn yang berdiri di sampingnya tersenyum sinis. “Kita punya rencana lain. Malam ini dia akan keluar dari persembunyiannya.”

Mangunprawira mengangguk. “Jika ia tak bisa kita temukan, maka kita paksa ia keluar.”

Malam semakin larut. Di dalam goa, Gamawijaya mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Ia merapatkan tubuhnya ke dinding batu, bersiap jika musuh menemukannya.

Namun tiba-tiba, suara jeritan terdengar dari arah desa. Gamawijaya tersentak. Itu suara perempuan dan anak-anak.

Ia bangkit dengan cepat. “Apa yang mereka lakukan?”

Hatinya bergejolak. Ia tahu betul taktik semacam ini. Jika Belanda tidak bisa menangkapnya, mereka akan menyandera orang-orang tak bersalah.

Gamawijaya mengepalkan tangannya. “Aku tak bisa membiarkan mereka menderita karenaku.”

Ia menghunus kerisnya dan keluar dari persembunyian, berlari menuju suara jeritan itu.

Di perbatasan hutan, ia melihat nyala api membakar beberapa rumah penduduk. Prajurit Belanda berdiri di sekitar, sementara para wanita dan anak-anak berjongkok ketakutan.

Mangunprawira berdiri di tengah, tersenyum saat melihat Gamawijaya muncul. “Akhirnya kau keluar juga.”

Gamawijaya menghentikan langkahnya, menatap tajam. “Lepaskan mereka!”

Kapten Van Hoorn tertawa. “Jika kau menyerahkan diri, mungkin kami akan mempertimbangkannya.”

Gamawijaya menggertakkan gigi. Ia sadar ini jebakan, tapi ia tak bisa tinggal diam.

“Tidak ada perundingan,” kata Gamawijaya dingin. “Kalian harus melewati tubuhku lebih dulu!”

Tanpa ragu, ia melompat menerjang, kerisnya berkelebat dalam cahaya bulan. Pertempuran kembali dimulai.

(Bersambung ke seri ke-13: Pertempuran Tanpa Jalan Keluar)

Implementasi dan Tantangan Beasiswa Inklusif Sang Surya

SALATIGA, JAKARTAMU.COM | Muhammadiyah terus berupaya memperluas akses pendidikan bagi semua kalangan. Melalui Beasiswa Sang Surya, Muhammadiyah memberikan kesempatan...

More Articles Like This