Senin, Maret 3, 2025
No menu items!

Forza Gamawijaya (9): Pengepungan di Urut Sewu

Must Read


Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Langit di Urut Sewu tampak gelap. Hanya bulan separuh yang menggantung di ufuk barat, menyinari hamparan pasir pantai yang luas. Di kejauhan, suara deburan ombak bersahutan dengan desir angin malam yang dingin menusuk tulang.

Di tengah bayangan rimbun hutan cemara, Gamawijaya berdiri dengan tatapan tajam. Di hadapannya, para pengikutnya berkumpul dalam lingkaran, wajah mereka dipenuhi ketegangan. Kabar buruk baru saja tiba—Belanda dan pasukan Mangunprawira telah bergerak, mengepung wilayah sekitar Urut Sewu.

“Kita tak punya banyak waktu,” ujar Ganda, suaranya terdengar berat. “Mereka membawa pasukan besar. Kita bisa saja bertahan di sini, tapi aku ragu kita akan menang dalam pertempuran terbuka.”

Pak Mulyo, salah satu orang tertua dalam kelompok itu, mengusap jenggotnya. “Sudah kuduga hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Sayembara itu semakin membuat banyak orang tergoda untuk menjual kita. Kita harus segera mengambil keputusan, Gamawijaya.”

Semua mata tertuju pada Gamawijaya. Ia menarik napas panjang, menatap wajah-wajah yang telah berjuang bersamanya selama ini.

“Aku tak akan menyerahkan diri,” katanya akhirnya. “Tapi kita juga tak bisa bertahan di sini selamanya. Jika kita tetap bertahan di satu tempat, mereka akan datang dengan pasukan lebih besar dan melumat kita habis.”

“Lalu apa rencanamu, Kang?” tanya seorang pemuda bernama Wirya.

Gamawijaya mengusap dagunya, berpikir cepat. “Kita akan pecah menjadi beberapa kelompok kecil. Sebagian bergerak ke utara, sebagian ke barat, dan sebagian tetap di sini untuk mengelabui mereka. Kita buat mereka berpikir bahwa kita masih memiliki kekuatan besar.”

Beberapa orang saling pandang. Itu adalah strategi berisiko, tetapi mereka tahu tak ada pilihan lain.

Sementara itu, di sisi lain hutan, pasukan Mangunprawira telah bergerak dalam senyap. Puluhan prajurit bersenjata lengkap merayap mendekati tempat yang mereka yakini sebagai markas persembunyian Gamawijaya.

“Kita kepung dari tiga sisi,” ujar Mangunprawira kepada Kapten Van Hoorn. “Jika mereka mencoba kabur ke arah laut, kita sudah menyiapkan pasukan di sana.”

Van Hoorn mengangguk. “Kali ini, Gamawijaya tak akan bisa lari lagi.”

Malam semakin larut. Gamawijaya dan kelompoknya bersiap untuk bergerak. Mereka memadamkan api unggun, memastikan tak ada jejak yang tertinggal.

Namun, baru saja mereka hendak berpisah sesuai rencana, suara letusan senapan meledak dari kejauhan.

“Kita sudah ketahuan!” teriak seseorang.

Dalam hitungan detik, suasana berubah kacau. Pasukan Belanda dan anak buah Mangunprawira muncul dari berbagai arah, mengepung mereka. Panah-panah melesat, disusul dentuman senapan yang memekakkan telinga.

Gamawijaya mencabut kerisnya, bersiap bertarung sampai titik darah penghabisan.

Malam itu, darah kembali membasahi tanah Urut Sewu.

(Bersambung ke seri ke-10: Rahasia di Balik Kesaktian)

Mendikdasmen Luncurkan Sistem Penerimaan Murid Baru 2025-2026

JAKARTAMU.COM | Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti resmi meluncurkan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) sebagai pengganti Penerimaan...

More Articles Like This