Rabu, Februari 26, 2025
No menu items!

Fufufafa: Laporan Penggugatan dari Rahim yang Rusak

Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Adili Mulyono—
di pengadilan yang tubuhnya sendiri bersaksi:
setiap daging adalah pasal yang terpotong,
setiap urat, akta yang dikunyah mesin pencatat
yang melahirkan angka-angka bisu.
Di sini, keadilan adalah perban kotor
dililitkan pada mulut sumur yang kering:
suara-suara jatuh, tapi tak pernah sampai ke dasar.

Fufufafa berkuasa dalam mimpi buruk yang disuntikkan
ke selokan waktu—
rezimnya merangkak dari getah kata yang dipenggal,
membangun menara dari tulang-tulang yang diinventarisir
sebagai “kerangka pertumbuhan”.
Kami adalah debu di antara gigi palu godam mereka,
tercatat sebagai “fraksi sunyi” dalam laporan kuartal.

Di ruang sidang yang atapnya bocor membentuk kolam-kolam tirani,
Adil hanyalah nama yang digoreskan pada dinding tahanan.
Para hakim menjilat cap stempel di kening koruptor,
sementara gaji keadilan dibayar dengan karung-karung janji
yang digiling jadi tepung untuk roti para tiran.
Fufufafa tertawa dalam bahasa kode:
“Kebenaran adalah virus yang kami karantina dalam laboratorium bahasa.”

Kami menghitung hari dengan derap kaki yang dipecat dari sejarah—
setiap langkah adalah interupsi,
setiap teriakan adalah tiket yang kadaluarsa
untuk naik kereta api yang relnya sudah dicabik besi tua.
Fufufafa menjual malam sebagai kemasan plastik,
mengirim bayang-bayang kami ke pabrik daur ulang lupa.

Tapi di rahim kota yang retak ini,
kami masih menyimpan peta letak nadi perlawanan:
setiap bangku yang basah darah adalah mimbar,
setiap paku yang tercabut dari peti mati sistem
adalah pena untuk menulis gugatan.
Adili Mulyono—
bukan dengan hukum yang kakinya patah,
tapi dengan raungan sungai yang meluap dari arsip-arsip yang dibungkam.

Makzulkan Fufufafa:
robek jubahnya yang dijahit dari kulit korban,
gantikan mahkotanya dengan duri-duri statistik
yang menusuk kembali ke pelupuk mata para algojo.
Di sini, kami bukan lagi arsip yang diam—
kami adalah api yang tersembunyi di balik tinta laporan,
menunggu jeda antara dua kebohongan
untuk membakar semua mesin pembuat ilusi.

Fufufafa, kau hanya debu di ujung pena kami.
Mulyono, kau hanya nama yang akan lapuk
di bawah hujan protokol yang kami gulingkan.
Karena dari rahim yang rusak ini,
yang lahir bukan lagi mayat-mayat patuh—
tapi anak-anak kalimat yang tumbuh membelah langit-langit rezim,
menggugat setiap kata sampai ke akar keabsenannya.

Dari Terang Menuju Kegelapan: Skandal Korupsi di Tubuh Pertamina

JAKARTAMU.COM | Kejaksaan Agung Republik Indonesia telah menetapkan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, sebagai tersangka dalam...

More Articles Like This