SECARA etimologis, kata silaturahmi berasal dari dua kata dalam bahasa Arab: sillah yang berarti hubungan, dan rahim yang berarti kasih sayang. Jadi, silaturahmi secara harfiah berarti hubungan kasih sayang, khususnya dalam konteks kekeluargaan.
Sementara itu, istilah silaturrahim memiliki arti yang lebih luas, yakni ikatan persahabatan dan persaudaraan. Dari dua makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa silaturahmi adalah tali yang menghubungkan manusia dalam jalinan kasih, cinta, dan kebersamaan.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri. Kita saling membutuhkan satu sama lain, dan dalam kehidupan bermasyarakat, silaturahmi menjadi jembatan penting yang mempermudah urusan, mempererat hubungan, serta mendatangkan banyak keberkahan.
Alhamdulillah, pada momen Silaturahmi Syawal di kediaman Dr. Ghufron Amirullah, M.Pd, Sekretariat PRM Munjul di Griya Salak Raya, Kelurahan Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, pada 5 April 2025 lalu, sebuah langkah besar telah diputuskan PCM Cipayung. Di atas tanah wakaf yang berlokasi di Jalan Mandor Hasan, Cipayung, segera dibangun Griya Muhammadiyah Cipayung. Insya Allah, gedung ini akan menjadi pusat dakwah dan aktivitas keumatan bagi warga Kecamatan Cipayung dan sekitarnya.
Tanah wakaf ini bukanlah lahan yang hampa sejarah. Di balik keberkahan yang akan dihadirkan, tersimpan kisah kelam yang sempat menghebohkan publik. Tepatnya 2 Oktober 1995, sebuah tragedi berdarah mengguncang Jalan Mandor Hasan. Satu keluarga guru bernama Rohadi tewas. Mereka yakni Elly Kusneli, istri Rohadi, bersama ketiga anak mereka—Gilang M. Fauzi, Citra Utami, dan Rizky Wahyu Ramadhan— dibunuh tetangga sendiri, keluarga Philipus Kia Ledjab.
Kejadian itu menjadi sorotan media nasional kala itu. Philipus divonis hukuman seumur hidup oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada 6 Juni 1996. Istrinya, yang juga terlibat, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. Tragisnya, pada 12 Februari 2022, Philipus ditemukan meninggal dunia di kamar mandi sel tahanannya akibat serangan jantung.
Sejak tragedi itu, tanah itu terbengkalai dan tidak terurus. Luka batin yang dalam membuat Rohadi, salah satu korban selamat, memilih pergi meninggalkan rumah tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, dan luka itu pun perlahan sembuh.
Tahun 2020 menjadi titik balik. Dr. H. Rohadi, alumni IKIP Muhammadiyah (sekarang Uhamka), bertemu dengan pengurus Majelis Dikdasmen PWM DKI Jakarta di Gedung Guru PGRI DKI Jakarta. Dia menyapaikan dan meneguhkan niat untuk menghapus kenangan pahit di masa lalu dengan mewakafkan tanah itu untuk dakwah dan kepentingan persyarikatan Muhammadiyah. Ia percaya bahwa tempat yang dulu menjadi saksi tragedi, kini bisa diubah menjadi sumber cahaya dan manfaat.
Majelis Dikdasmen kemudian mempertemukan Dr. Rohadi dengan PDM Jakarta Timur. Setelah melalui proses yang penuh semangat keikhlasan, tanah tersebut akhirnya resmi dikelola oleh PCM Cipayung untuk pembangunan Griya Muhammadiyah.
Bagi sebagian orang, masa lalu yang kelam bisa menjadi jerat yang menahan langkah. Namun, Dr. Rohadi menunjukkan bahwa luka bisa menjadi cahaya jika kita bersedia mengambil hikmah dan melangkah ke depan. Hidup bukan soal terus-menerus menoleh ke belakang, tetapi tentang membangun hari ini untuk masa depan yang lebih baik. (*)