YOGYAKARTA, JAKARTAMU.COM | Momentum Idulfitri adalah wahana yang tepat bagi setiap warga-bangsa, umat, serta tokoh dan pemimpin bangsa untuk berintrospeksi diri. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir berharap pada bulan Syawal, yang berlanjut pada bulan-bulan berikut, jiwa takwa, jiwa abdullah dan jiwa khalifatu fil ardh senantiasa membersamai kehidupan bangsa Indonesia.
Haedar menyingkap bahwa perintah puasa Ramadan yang telah dilalui bersama sebagai rukun Islam, bergerak pada dimensi luas menyangkut akidah, akhlak, dan muamalah duniawiyah. Jika umat muslim mengamalkan dan merenungi seluruh perintah Allah, baik dalam rukun Islam maupun rukun iman, setiap muslim akan memancarkan kehanifan dalam beragama.
“Sehingga dengan beragama menjadi manusia yang selain saleh, buah dari ibadah kepada Allah SWT dan kesalehan itu terpancar dalam jiwanya, dalam dirinya, dalam pikirannya, dalam tindakannya, tetapi juga memancar kesalehannya di keluarga, dalam masyarakat, dalam kehidupan bangsa bahkan dalam relasi kemanusiaan global,” jelas Haedar dalam Refleksi Idulfitri 1446 H, Minggu (30/3/2025).
Baca juga: Haedar Nashir: Ekonomi Indonesia Harus di Depan Kapitalisme Barat
Menurut Haedar manusia baru yang beragama secara hanif akan memunculkan dan menumbuhkan jiwa khalifatul fil ardh, selalu memakmurkan bumi, mensejahterakan sesama untuk menciptakan kehidupan yang baik. Hal ini berlaku baik dengan sesama manusia maupun lingkungan semesta.
“Maka siapapun manusia muslim sebagai warga, sebagai umat, dan lebih-lebih sebagai elit tokoh bangsa berkiprah dalam kehidupan kenegaraan, berperan sebagai pemimpin negeri dan tokoh umat, maka selain berjiwa akhlak mulia pantulan dari kesalehan tapi juga memiliki jiwa kekhalifahan di muka bumi,” terang Haedar.
Dengan kesalehannya, setiap para pemimpin bangsa, pemimpin umat selalu berbuat yang benar, berbuat yang baik, berbuat yang pantas atau patut dan segala hal yang baik dalam kehidupan. Sebaliknya, menjauhi hal yang salah, buruk dan tidak pantas.
“Maka, dengan kesalehan, lebih-lebih menjadi pemimpin bangsa, pemimpin umat akan senantiasa menebar segala hal yang positif di dalam kehidupan. Mampu mensejahterakan rakyat, memajukan rakyat, mencerdaskan rakyat dengan penuh pertanggungjawaban,” jelasnya.
Baca juga: Haedar Nashir: Cendekiawan Muhammadiyah yang Istiqamah dalam Dakwah dan Tradisi Intelektual
Menurut Haedar, di situlah letak manusia sebagai khalifah di muka bumi, yakni memiliki tanggung jawab mewakili Tuhan untuk memakmurkan kehidupan. Maka dengan kesalehan dan jiwa kekhalifahan, setiap muslim di manapun dan diberi tanggung jawab apapun senantiasa membawa kemaslahatan dan tidak menimbulkan kemudaratan.
“Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, perusakan sumber daya alam, konflik dan segala hal yang buruk dalam kehidupan bermula dari hawa nafsu yang tidak dikendalikan oleh agama yang hanif dan kesadaran manusia sebagai abdullah dan khalifatullah. Maka, ketika wagra dan para pemimpin bangsa punya jiwa sebagai abdullah dan khalifatulfil ard, maka tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara akan senantiasa baik. Akan senantiasa menciptakan kemajuan kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, dan segala hal yang positif di dalam kehidupan berbangsa dan negara,” paparnya.
Selain itu, dasar negara dan konstitusi juga ditegakkan dengan baik sebab punya jiwa abdullah dan khalifatul fil ardh di dalamnya. Sebaliknya, kalau jiwa kekhalifahan luruh, luntur, dan erosi dari kehidupan, jiwa, dan alam pikiran kita, maka umat dan pemimpinannya akan bermasalah.
“Maka, saatnya Idulfitri kita jadikan tonggak dan jalan baru untuk memulai menampilkan dan memerankan diri secara hakiki sebagai insan-insan bertakwa yang jiwanya senantiasa dekat dengan Allah SWT sebagai hamba Allah atau abdullah. Semoga idulfitri kita diterima Allah dan diberkahi,” kata Haedar.