Kamis, Januari 2, 2025
No menu items!

Haedar Nashir Sebut Rohani Indonesia Masih Ringkih

Must Read

YOGYAKARTA, JAKARTAMU.COM | Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir M.Si, mengapresiasi kemajuan-kemajuan Indonesia di berbagai bidang. Pembangunan infrastruktur demikian bagus, begitu pula dengan sumber daya manusia (SDM), yang dalam batas tertentu menunjukkan perkembangan.

Tetapi bersamaan dengan kemajuan itu, Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dan masalah yang membutuhkan solusi secara sistemik. ”Harus disadari masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki di berbagai bidang,” kata Haedar dalam Refleksi Akhir Tahun di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (30/12/2024).

Baca juga: Haedar Nashir Bicara Erosi Moral, Singgung Anwar Usman sampai Gus Miftah

Haedar mengatakan, sebagai usaha memajukan bangsa dan mewujudkan cita-cita nasional, masalah tersebut harus diselesaikan sebagai prasayarat menuju Indonesia yang lebih maju, adil, dan makmur. Salah satunya yang harus mendapat perhatian serius pada 2025 adalah agama dan moral.

Haedar menerangkan bahwa bangsa Indonesa dibentuk oleh tiga nilai dasar yang melekat, yaitu agama, budaya, dan Pancasila. Pancasila yang lahir belakangan adalah perpaduan nilai agama dan budaya.

Persoalannya, saat ini sedang berlangsung peluruhan mental, moral dan etika hidup, yang semuanya merupakan masalah ruhani. Maraknya judi online, narkoba, juga bunuh diri dan pembunuhan keluarga terdekat, adalah contoh bermasalahnya aspek ruhani bangsa Indonesia.

”Makin ke sini agama menjadi tumpul karena pemuka dan umat tidak mempertajam fungsi motivasi dan kreasi agama. Agama hanya diajarkan bagian kulit luarnya, bahkan sekarang sudah menjadi fungsi hiburan. Yang paling laris yang pintar membuat entertainment, sehingga lupa misalnya, esensi kesadaran soal hidup dan hidup setelah kematian,” ujar Haedar.

Baca juga: UGM Berikan Anugerah Hamengkubuwono IX untuk Haedar Nashir

Hal ini juga diperparah dengan kampanye sekularisasi sehingga tidak muncul kesadaran bahwa agama bukan semata-mata urusan profan tetapi ada yang sakral. Agama adalah nilai yang membuat dirinya bergarga.

”Indonesia masih ringkih secara rohani. Agama wajib hadir sebagai kanopi, atap terdepan yang melindungi dari ancaman panas dan hujan, menjadi sase di tengah kegersangan ruhani,” ujar dia.

Karena itu, pada 2025 Haedar berharap kekuatan agama lebih mengendepankan penyampaian substansi. Kekuatan agama mesti mengarusutamakan isi ketimbang kulit. Negara juga perlu menjadi pengayom agar agama tetap hidup dalam masyarakat serta kehidupan berbangsa.

”Mari mengadirkan agama dengan nilai-nilai. Kalau ada kasus terkait agama jangan mudah menghakimi supaya tidak menjadi nila setitik merusak susu sebelanga,” kata Haedar.

Lahan Tambang yang Tak Pasti: Terbaik untuk Muhammadiyah?

KETUA Tim Pengelolaan Tambang Muhammadiyah, Muhadjir Effendy, baru-baru ini menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada perkembangan apa pun...

More Articles Like This