Kemakmuran Indonesia tidak boleh hanya untuk kelompok kecil orang, sementara mayoritas rakyat hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak berkemakmuran. Soekarno dalam Pidato 1 Juni 1945 di Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan tegas menyatakan, “Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu.”
Indonesia makmur dalam khazanah bangsa disebut “Gemah Ripah Loh Jinawi”, yakni negeri yang tanahnya subur serta masyarakatnya tentram, damai, aman, adil, dan makmur. Indonesia sering disebut negeri yang makmur karena tanah airnya indah dan mengandung kekayaan alam yang luar biasa banyak. Multatuli menyebut Indonesia sebagai negeri “Untaian Zamrud di Khatulistiwa”.
Negeri yang makmur selaras dengan idealisasi Islam, “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur”. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Saba’ ayat ke-15:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌۚ جَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun” (QS Saba’: 15).
Kaum Saba’ adalah salah satu golongan manusia yang dikisahkan Allah dalam Al-Quran. Mereka menetap di sebelah selatan negeri Yaman yang menempati suatu daerah yang amat subur. Hidup mereka makmur dan telah mencapai kemajuan yang tinggi. Mereka berhasil membangun “Bendungan Ma’rib” atau “Bendungan Al-Arim”, yang bekas arkeologinya ditemukan oleh peneliti Perancis tahun 1843. Setelah itu para peneliti lain menemukan beberapa batu tulis di antara reruntuhan Bendungan itu. Fakta sejarah itu membuktikan, dahulu kala di sebelah Selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, serta tinggi kebudayaannya.
Kisah serupa menimpa Kaum Madyan di sebelah barat Laut Hijaz, di pantai timur Laut Aqaba ke arah Laut Merah, di daerah al-Bad’. Madyan hidup di masa Nabi Syu’aib alaihissalam. Negeri dan bangsa yang semula makmur, tetapi ingkar kepada Allah, kemudian diazab Tuhan, sehingga turunlah ayat Al-Quran:
وََلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya: Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan (QS Al-‘Araf: 96).
Komitmen Muhammadiyah
Muhammadiyah dengan “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua” mengandung pemahaman bahwa kemakmuran itu berdimensi lahiriah sekaligus ruhaniah untuk semua orang tanpa diskriminasi. Negeri yang makmur penduduknya niscaya beriman-bertaqwa, cerdas berilmu, dan beramal saleh untuk kemaslahatan hidup bersama. Negeri yang penduduknya menjadi “abdullah” (QS Adz-Dzariat: 56) yang senantiasa mengabdi kepada Allah sekaligus “khalifat fil-ardl” untuk memakmurkan bumi (QS Al-Baqarah: 30; Hud: 61). Seluruh penduduknya menjalani kehidupan dengan benar, baik, dan berperadaban tinggi. Sebaliknya menjauhi hidup yang salah, buruk, dan mafsadat di muka bumi.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam menyadari sepenuhnya bahwa Negara Indonesia merupakan tempat menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat utama “Adil-Makmur” yang diridai Allah SWT. Muhammadiyah bersama komponen semua umat Islam dan bangsa Indonesia berjuang dalam gerakan kebangkitan nasional menuju kemerdekaan dan berperan aktif dalam mendirikan dan membangun Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Komitmen Muhammadiyah untuk membangun Indonesia sebagai negeri berkemakmuran dalam cita-cita teologis “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur” ditegaskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tahun 1946: “Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw, guna mendapat karunia dan rida-Nya di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga merupakan: “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur”, “Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun”. Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan umat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Surga “Jannatun Na’im” dengan keridaan Allah Yang Rahman dan Rahim”.