Sabtu, Maret 22, 2025
No menu items!
spot_img

Hari ke-22: Kesabaran dan Keikhlasan dalam Beribadah Kunci Diterimanya Amal di Sisi Allah

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Ibadah bukan sekadar rutinitas atau kewajiban yang dilakukan tanpa makna, tetapi merupakan bentuk ketundukan dan penghambaan seorang hamba kepada Rabb-nya. Dalam perjalanan beribadah, kesabaran dan keikhlasan adalah dua pilar utama yang menentukan kualitas dan diterimanya amal di sisi Allah.

Kesabaran dalam Beribadah

Kesabaran dalam beribadah mencakup tiga aspek:

  1. Sabar dalam melaksanakan perintah Allah
    Allah memerintahkan manusia untuk menegakkan shalat, berpuasa, berzakat, dan berbagai ibadah lainnya. Terkadang, muncul rasa malas atau godaan untuk menunda-nunda kewajiban. Namun, seorang mukmin sejati akan tetap bersabar dalam menjalankan perintah-Nya.

Allah berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
“Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”
(QS. Taha: 132)

  1. Sabar dalam meninggalkan larangan Allah
    Menjauhi larangan Allah juga membutuhkan kesabaran. Banyak godaan dunia yang menarik manusia untuk melanggar batas-batas yang telah ditetapkan. Namun, orang-orang yang sabar akan mampu menahan diri dan tetap berada di jalan yang benar.
  2. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dalam ibadah
    Beribadah sering kali menghadirkan tantangan, seperti rasa lelah, cibiran dari orang lain, atau bahkan ujian berat seperti kemiskinan atau sakit. Namun, kesabaran dalam menghadapi semua ini adalah tanda keteguhan iman.

Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ
“Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka.”
(HR. Tirmidzi no. 2396)

Keikhlasan dalam Beribadah

Keikhlasan adalah ruh dalam setiap ibadah. Tanpa keikhlasan, ibadah yang dilakukan akan sia-sia dan tidak diterima oleh Allah. Keikhlasan berarti melakukan ibadah hanya karena Allah, bukan karena ingin dipuji, dihormati, atau mendapat keuntungan duniawi.

Allah berfirman:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Ma’idah: 27)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan pentingnya keikhlasan dalam setiap amal. Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang beribadah murni karena Allah, bukan karena riya’ (pamer) atau sum’ah (mencari popularitas).

Bahaya Riya’ dalam Ibadah

Riya’ adalah penyakit hati yang dapat merusak keikhlasan. Orang yang beribadah karena ingin dipuji manusia akan mendapatkan balasannya di dunia, tetapi tidak mendapatkan apa pun di akhirat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ
“Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.”
Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu?”
Beliau menjawab, “Riya’.”
(HR. Ahmad no. 23630)

Doa agar Ibadah Diterima dan Dilakukan dengan Ikhlas

اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَعْمَالَنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ
“Ya Allah, jadikanlah amal kami ikhlas karena-Mu semata.”

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu bersabar dalam beribadah dan menjaga keikhlasan dalam setiap amal yang kita lakukan. Aamiin. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Advokasi Lintas Agama Mendorong Penguatan Pendanaan Program Lingkungan

JAKARTAMU.COM | Kerja advokasi lintas iman menghasilkan sejumlah rekomendasi kebijakan lingkungan. Hal ini terungkap dalam diseminasi di Gedung Dakwah...

More Articles Like This