Rabu, April 2, 2025
No menu items!
spot_img

Harmoni Lebaran di Thekelan: Warga Non-Muslim Berjejer di Depan Masjid untuk Bersalaman

Must Read

SALATIGA, JAKARTAMU.COM | Suasana Lebaran di Dusun Thekelan, Salatiga, menjadi potret kebersamaan yang indah dan mengharukan. Di desa yang terletak di kaki Gunung Merbabu ini, toleransi antarumat beragama bukan sekadar wacana, melainkan telah menjadi tradisi turun-temurun. Sebuah pemandangan unik dan menyentuh hati terjadi pada hari raya Idul Fitri: warga non-Muslim, baik yang beragama Buddha maupun Kristen, berjejer rapi di depan masjid, menunggu dengan sabar untuk bersalaman dan mengucapkan selamat Idul Fitri kepada saudara-saudara Muslim mereka yang baru saja menunaikan Salat Id.

Pagi itu, udara sejuk khas pegunungan menyelimuti Dusun Thekelan. Masjid setempat dipenuhi jamaah yang khusyuk menunaikan Salat Id, menandai kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Ketika rangkaian ibadah selesai dan para jamaah mulai keluar dari masjid, pemandangan luar biasa menyambut mereka. Puluhan warga non-Muslim, mengenakan pakaian terbaik mereka, sudah berdiri berbaris di sepanjang jalan depan masjid. Dengan wajah sumringah, mereka menanti giliran untuk bersalaman dan menyampaikan ucapan selamat kepada tetangga, sahabat, dan kerabat Muslim mereka.

Toleransi yang Mengakar dalam Tradisi

Tradisi ini bukanlah sesuatu yang baru di Dusun Thekelan. Sudah sejak lama, masyarakat dari berbagai latar belakang agama di dusun ini hidup berdampingan dalam harmoni. Menurut tokoh masyarakat setempat, budaya saling menghormati dan menghargai perbedaan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

“Setiap tahun, ketika Lebaran tiba, kami selalu melakukan ini. Ini adalah bentuk penghormatan dan kebersamaan kami sebagai warga satu desa. Islam mengajarkan kebaikan, begitu juga agama lain. Tidak ada perbedaan bagi kami dalam hal berbagi kebahagiaan,” ujar Suripto, salah seorang warga non-Muslim yang ikut berpartisipasi dalam tradisi ini.

Masyarakat Muslim setempat pun menyambut hangat kehadiran saudara-saudara mereka yang berbeda keyakinan. Mereka bersalaman dengan penuh kehangatan, diiringi senyuman dan ucapan selamat. Tak jarang, pertemuan ini juga disertai dengan obrolan ringan, canda tawa, serta ajakan untuk mampir ke rumah dan mencicipi hidangan khas Lebaran.

Lebaran sebagai Momen Merajut Persaudaraan

Selain menjadi ajang silaturahmi, tradisi ini juga mempererat hubungan antarwarga. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Thekelan terbiasa bekerja sama dalam berbagai bidang, mulai dari pertanian hingga kegiatan sosial. Perbedaan agama tidak pernah menjadi penghalang bagi mereka untuk saling membantu dan berbagi.

“Kami saling mendukung dalam banyak hal. Ketika Natal tiba, warga Muslim juga turut membantu kami dalam perayaan. Begitu juga saat ada acara keagamaan lain, kami selalu bersama. Ini bukan soal agama, tapi soal kebersamaan sebagai sesama manusia,” ujar Yohana, salah seorang warga Kristen yang turut serta dalam barisan penyambutan Lebaran.

Tak hanya bersalaman, warga non-Muslim juga kerap ikut membantu dalam persiapan Lebaran. Beberapa dari mereka bahkan ikut menyiapkan makanan khas seperti ketupat, opor ayam, dan rendang yang nantinya akan dinikmati bersama dalam acara silaturahmi. Di beberapa rumah, tradisi open house menjadi ajang berbagi cerita dan mempererat ikatan sosial.

Dukungan dari Tokoh Agama dan Masyarakat

Keberagaman dan toleransi di Thekelan juga didukung oleh tokoh agama dan pemimpin masyarakat. Mereka senantiasa mengajarkan pentingnya hidup rukun dan saling menghormati.

Ustaz Ahmad Nur, imam masjid setempat, mengungkapkan rasa syukurnya atas keberlangsungan tradisi ini. “Islam mengajarkan kasih sayang dan persaudaraan. Apa yang terjadi di Thekelan ini adalah wujud nyata dari ajaran itu. Kita semua adalah saudara, dan hari raya seperti ini menjadi momen yang tepat untuk mempererat persatuan kita,” katanya.

Sementara itu, Romo Antonius, seorang pemuka agama Kristen di daerah tersebut, juga menyampaikan apresiasinya terhadap kebersamaan yang telah terjalin lama di Thekelan. “Ini adalah contoh harmoni yang luar biasa. Kami selalu menanamkan nilai-nilai persaudaraan kepada jemaat, dan tradisi ini adalah bukti bahwa kita semua bisa hidup berdampingan dengan damai,” ujarnya.

Pesan Toleransi untuk Indonesia

Di tengah berbagai tantangan sosial yang dihadapi bangsa, apa yang terjadi di Dusun Thekelan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Tradisi ini menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk saling menjauh, tetapi justru menjadi kekuatan untuk menciptakan kehidupan yang lebih harmonis.

Banyak warganet yang kagum dan terharu setelah melihat foto serta video tradisi ini yang beredar di media sosial. Tak sedikit yang berharap agar sikap saling menghormati dan menghargai seperti ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.

Di akhir acara, warga Muslim dan non-Muslim Thekelan saling berpamitan dengan penuh kehangatan. Beberapa bahkan berpelukan, menunjukkan bahwa kebersamaan mereka bukan sekadar seremonial, melainkan benar-benar lahir dari hati.

Hari itu, di Thekelan, Lebaran bukan hanya tentang kemenangan setelah berpuasa. Lebaran juga tentang kemenangan nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan, dan cinta kasih yang tak lekang oleh waktu. Semoga tradisi indah ini terus berlanjut, menjadi inspirasi bagi generasi mendatang, dan semakin mengukuhkan Indonesia sebagai bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

Sekretaris PWM Jawa Barat Mengajak Umat Islam Menjaga Spirit Ramadan

BANDUNG, JAKARTAMU.COM | Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat Iu Rusliana mengajak seluruh warga persyarikatan dan umat Islam...

More Articles Like This