JAKARTAMU.COM | Hawa nafsu adalah salah satu ujian terbesar dalam kehidupan manusia. Ia tidak hanya muncul dalam bentuk keinginan jasmani, tetapi juga bisa menjelma dalam wujud pikiran, logika, perasaan, tradisi, atau bahkan fanatisme golongan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan kita bahwa di antara umat ini ada yang beragama menurut selera hawa nafsunya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya, serta meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jasiyah: 23)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa menjadikan hawa nafsu sebagai pedoman hidup akan menjerumuskan seseorang ke dalam kesesatan. Hawa nafsu bisa membuat seseorang mengabaikan kebenaran, bahkan ketika kebenaran itu jelas terpampang di depan mata.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah mewanti-wanti umatnya tentang bahaya hawa nafsu dalam beragama. Beliau bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Sungguh, barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian (ketika mendapati percekcokan itu) berpegang teguh dengan sunnahku (cara beragamaku) dan sunnah para Khulafa’ Ar-Rasyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku. Gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi gerahammu. Dan berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan dalam beragama, karena setiap perkara bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud no. 4607, At-Tirmidzi no. 2676, hadits hasan shahih)
Hadits ini menjadi pedoman penting bagi kita untuk selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, serta menjauhi segala bentuk bid’ah dan hawa nafsu yang dapat menyesatkan.
Al-Imam Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi Asy-Syafii rahimahullah menjelaskan,
“Di sini ada isyarat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan munculnya bid’ah-bid’ah dan pemahaman-pemahaman yang didorong oleh hawa nafsu. Allah yang lebih mengetahuinya. Maka beliau perintahkan umatnya agar berpegang teguh dengan cara beragama beliau dan cara beragama para shahabatnya.”
Tuntunan dalam Menghadapi Hawa Nafsu
- Mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah:
Allah berfirman:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153) - Muhasabah Diri:
Setiap muslim harus selalu introspeksi diri agar tidak terjerumus dalam hawa nafsu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
“Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 2459, hadits hasan) - Menjauhi Fanatisme Golongan:
Fanatisme golongan sering kali menjadi wujud hawa nafsu yang terselubung. Allah mengingatkan:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran: 103) - Memohon Perlindungan kepada Allah:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan kikir, serta dari belenggu hutang dan penindasan orang lain.” (HR. Bukhari no. 6369)
Penutup:
Hawa nafsu adalah musuh yang nyata bagi setiap muslim. Ia bisa menjelma dalam berbagai bentuk, termasuk logika, perasaan, tradisi, dan fanatisme golongan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah, serta memohon perlindungan kepada Allah agar terhindar dari jerat hawa nafsu. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membimbing kita ke jalan yang lurus dan menjauhkan kita dari segala bentuk kesesatan.
Dwi Taufan Hidayat, Penasihat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang