Minggu, Februari 23, 2025
No menu items!

Hening Parlan Ajak Masyarakat Puasa Energi Selama Ramadan

Must Read

JAKARTAMU.COM | Ramadan adalah bulan suci bagi umat Islam dan menjadi momen penting untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, termasuk efisiensi energi dan transisi ke sumber energi terbarukan.

Koordinator Nasional Greenfaith Indonesia, Hening Parlan, mengajak masyarakat untuk menjalankan “puasa energi” selama Ramadan. Hal ini penting untuk menanamkan kebiasaan hemat energi setelah lepas bulan puasa.

“Jika kita tidak bijak dalam menggunakan energi, kita justru memperbanyak pemborosan. Matikan lampu saat tidak digunakan, baik di rumah maupun di masjid, sebagai bentuk penghematan energi,” imbaunya dalam diskusi bertajuk Cahaya Ramadan: Menjalani Ibadah dengan Energi Berkelanjutan, Rabu (19/2/2025).

Lalu bagaimana cara menghemat energi dalam rumah tangga? Eko Sudarmawan dari Kementerian ESDM menjelaskan, langkah-langkah sederhana, seperti memanfaatkan cahaya matahari di siang hari dan menggunakan lampu LED, dapat membantu mengurangi konsumsi listrik hingga 15%. Ia juga menyebutkan bahwa penggunaan AC menyumbang 50-60% konsumsi listrik di rumah tangga, sehingga pengaturan yang lebih bijak dapat menekan tagihan listrik secara signifikan.

Diskusi ini digelar Suara Muhammadiyah, Greenfaith Indonesia, MOSAIC, 1000Cahaya, dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya energi bersih dalam perspektif Islam serta mendorong praktik ibadah Ramadan yang lebih ramah lingkungan.

Diskusi ini merupakan kolaborasi digelar Suara Muhammadiyah, Greenfaith Indonesia, MOSAIC, 1000Cahaya, dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah. Foto/istimewa

Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah sekaligus Direktur Eksekutif Muhammadiyah Climate Center, Agus S. Djamil, menekankan pentingnya Indonesia mencapai kemandirian energi. Ia mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya energi melimpah, seperti tenaga air, panas bumi, energi laut, matahari, dan angin, yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan umat.

“Saya senang karena isu transisi energi kini diperbincangkan tidak hanya dalam lingkup akademik, tetapi juga dalam konteks agama. Saat ini, sebagian besar energi kita masih bergantung pada impor, padahal Tuhan telah menganugerahkan kita sumber energi yang melimpah,” ujarnya.

Agus juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan biaya energi yang efisien serta pengembalian investasi yang optimal dalam pengembangan energi terbarukan.

Fikih Transisi Energi Berkeadilan

Forum diskusi juga memperkenalkan Buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan yang disusun melalui proses inklusif, melibatkan masyarakat terdampak. Buku ini diharapkan menjadi pedoman bagi umat Islam dalam mendukung transisi energi berkelanjutan di Indonesia.

Qaem Aulassyahied dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, salah satu penulis buku, menyoroti ketimpangan ekonomi dalam pemanfaatan energi. Ia menekankan bahwa keserakahan dan kejahatan struktural dapat merusak sistem perekonomian, termasuk sektor energi.

“Konservasi energi dapat dilakukan dengan menghemat penggunaan dan mencari sumber energi alternatif yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.

Aldy Permana dari Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC) Indonesia berharap buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan dan diskusi ini dapat menginspirasi umat Islam untuk menjadikan energi terbarukan sebagai bagian dari keseharian mereka, khususnya dalam menyambut Ramadan.

Kisah Sr. Colleta: Biarawati Katolik Lulus PPG di UMS, Merajut Harmoni dalam Dunia Pendidikan

JAKARTAMU.COM | Kisah Sr. M. Colleta AK, S.Pd., Gr., seorang biarawati Katolik yang berhasil menyelesaikan Pendidikan Profesi Guru (PPG)...

More Articles Like This