JAKARTAMU.COM | Gencatan senjata dengan penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah Gaza tidak bisa dibantah merupakan kemenangan Palestina. Sebuah hadiah dari perjuangan heroic rakyat Palestina yang tak kenal menyerah melawan serbuan rudal berhari-hari selama lebih dari setahun.
Pernyataan ini terungkap dalam Konferensi Nasional Kemenangan Palestina dan Gaza serta Peluncuran Buku Taufan Al-Aqsa di Gedung Nusantara V, Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (31/1/2025).
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dalam sambutannya menyatakan acara ini adalah penegasan sikap Indonesia dalam isu Palestina selama ini. Pembelaan Indonesia tidak lain untuk membayar utang kemerdekaan dulu. Sikap ini juga bagian tak terpisahkan dari sikap umat Islam Indonesia yang menolak penjajahan.
”Dalam konteks parlemen, sikap kami di MPR sudah jelas bahwa alena satu dan empat dalam pembukaan UUD 1945 tidak boleh ada diubah atau amendemen,” ujar HNW.
HNW menilai kemenangan Gaza sebagai hal yang luar biasa, sebagaimana sejarah mencatat peristiwa-peristiwa istimewa terjadi di bulan Rajab. Selain perjalanan Isra Mikraj, peristiwa penting penaklukan pasukan salib oleh Salahuddin Al Ayyubi dan membebaskan Al Aqsa.
”Rentang waktu 7 Oktober 2023 hingga 27 Rajab 1446 Hijriyah adalah kemenangan Gaza. Bukan hanya dari sisi militer dan politik, tetapi yang terpenting adalah kemenangan moral, peradaban dan kebudayaan,” ujar alumnus Universitas Madinah itu
Dia lalu memaparkan bagaimana masyarakat telah mengetahui perbedaan perlakuan Israel dengan Hamas terhadap tahanan dan tawanan. Sementara rakyat Palestina yang ditahan Israel pulang dengan derita fisik, tubuh kering kerontang, juga trauma psikis, sebaliknya warga Israel yang ditahan Hamas kembali kepada keluarganya dengan badan dan mental yang sehat.
”Bahkan kita tahu warga Israel dalam mengenakan kaos bertuliskan kalau begini saya juga mau ditahan Hamas,” tutur Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor itu.
HNW juga mendukung sikap Presiden Kolumbia Gustavo Francisco Petro Urrego yang menyebut membiarkan pembantaian warga Palestina sama dengan membiarkan dunia dibunuh. ”Berapa tidak beradabnya AS-Israel terhadap dunia selama ini. Perjuangan rakyat Palestina adalah simbol perlawanan terhadap ketidakberadaban tersebut,” katanya.
Selain para aktivis Bela Palestina, hadir dalam acara yang dipandu Arie Untung ini hadir Ketua Yayasan Perdamaian & Studi Peradaban Ahed Ahmed Abu Al Atta, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, anggota DPR dari PKS Ahmad Heryawan, Anggota DPD Tamsil Linrung, aktivis Misi Indonesia untuk Perdamaian Dunia, Sri Fira Candra, serta penulis Buku Taufan Al-Aqsa Fahmi Salim.
Ahed Ahmed Abu Al Atta mengatakan bahwa rakyat Palestina sedang bergembira dan menatap kembali harapan untuk masa depan. Satu-satunya. Semuanya itu terwujud berkat dukungan seluruh umat Islam di dunia, termasuk Indonesia.
”Indonesia dan Palestina adalah saudara. Namun kita semua harus menolak usulan memindahkan rakyat Palestina ke Indonesia, walau pun saya yakin rakyat Indonesia akan menerima. Tapi jelas itu bukanlah solusi untuk Palestina Merdeka,” kata Abu Al Atta.
Sri Fira Candra Koalisi menegaskan kesamaan sikap dengan Abu Al Atta tentang masa depan rakyat Palestina. ”Saya bukan siapa-siapa tapi mewakili Misi Indonesia untuk Perdamaian Dunia setuju bahwa kita tak boleh menerima proposal dari mana pun untuk memindahkan warga Gaza,” katanya.
Selain itu, Fira menyatakan bahwa lembaganya mendorong pembangunan kembali fasilitas kesehatan, ekonomi, pendidikan, serta rumah-rumah untuk warga Gaza. Secara khusus dia meminta Indonesia mengakui dan mendukung keanggotaan Palestina di Dewan Keamanan PBB.
Dia juga mengingatkan agar Indonesia konsisten dengan sikapnya terhadap Israel. Sebab kendati tak punya hubungan diplomatik, data Badan Pusat Stasitik (BPS) secara telanjang membuka begitu mesranya hubungan dagang Indonesia-Israel untuk bidang militer. Secara nominal, nilai perdagangan Indonesia dengan Israel jauh lebih besar ketimbang dengan Palestina.
”Jadi saya nitip kepada Pak HNW..parlemen harus lebih strategis, entah Menteri Perdagangan atau Menteri Pertahanan yang dipanggil. Kenapa masih saja kerja sama dagang dengan Israel?” ujar Fira Candra
Selain itu, dia meihat Indonesia punya potensi besar menginisiasi rekonsiliasi antara Hamas dengan Fatah. Posisi dan peluang Indonesia ini, kata dia, seharusnya benar-benar digunakan untuk membantu Palestina.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadlin Zon mengatakan kemenangan perang 13 bulan di Gaza membuktikan rakyat Palestina berhasil membalik prediksi banyak orang. Sejak awal banyak yang memperkirakan Gaza akan jatuh dalam tempo singkat.
”Ini mengingatkan perjuangan kemerdekaan Indonesia dulu, kendati tidak punya senjata namun dengan semangat juang yang tak kenal menyerah Indonesia akhirnya merdeka. Insyaallah hal yang sama diraih Palestina,” ujar Fadli Zon